Makalah Seorang Badut Di Athena –
Makalah Psikologi. Berikut ini saya mempunyai makalah psikologi yang berjudul “Seorang
Badut Di Athena”. Semoga makalah berikut ini dapat bermanfaat untuk kalian
semua.
Socrates hidup pada masa yang sama dengan para sophis. Tapi
Socrates berbeda dari para sophis dalam satu hal yang sangat penting. Dia tidak
menganggap dirinya sebagai seorang “sophis” yaitu seorang yang pandai dan
bijaksana. Tidak seperti kaum sophis, dia mengajar bukan untuk mendapatkan
uang.
Kaum sophis mendapatkan uang untuk penjelasan-penjelasan mereka yang ruwet, dan sophis semacam ini telah ada sejak Zaman prasejarah. Seorang filosof sejati, sophie, sama sekali berbeda, sama berkebalikan. Sesungguhnya seorang filosof mengetahui bahwa dalam kenyataannya hanya sedikit yang diketahuinya. Socrates adalah salah seorang manusia langka. Dia tahu tentang kehidupan dunia. Dan kini muncul bagian yang terpenting. Dia merasa gelisah karena hanya sedikit sekali yang diketahuinya.
Kaum sophis mendapatkan uang untuk penjelasan-penjelasan mereka yang ruwet, dan sophis semacam ini telah ada sejak Zaman prasejarah. Seorang filosof sejati, sophie, sama sekali berbeda, sama berkebalikan. Sesungguhnya seorang filosof mengetahui bahwa dalam kenyataannya hanya sedikit yang diketahuinya. Socrates adalah salah seorang manusia langka. Dia tahu tentang kehidupan dunia. Dan kini muncul bagian yang terpenting. Dia merasa gelisah karena hanya sedikit sekali yang diketahuinya.
Oleh karena itu, filosof adalah seorang yang mengaku bahwa ada
banyak hal yang tidak dipahaminya, dan dia merasa terganggu karenya. Dalam
pengertian itu, dia masih lebih bijaksana dari pada semua orang yang membuat
tentang pengetahuan mereka mengenai segala sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu, kataku
sebelum ini. Socrates sendiri berkata, “hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa
aku tidak tahu apa-apa”.
Ingat pernyataan ini, sebab itu adalah pengakuan yang langka,
bahkan dikalangan filosof. Lagi pula, bisa berbahaya sekali mengucapkan itu di
depan umum karena nyawamu jadi taruhan. Orang yang paling subversive adalah
yang selalu bertanya. Memberikan jawaban tidaklah begitu berbahaya. Mengajukan
satu pertanyaan dapat lebih memancing ledakan dibandingkan dengan seribu
jawaban.
Tepatnya umat manusia dihadapkan pada sejumlah pertanyaan sulit
yang tidak dapat kita temukan jawabanya yang memuaskan. Maka muncul dua kemungkinan, kita dapat
memperdayai diri sendiri dan seluruh dunia dengan berpura-pura bahwa kita
mengetahui segala hal yang harus
diketahui, atau kita dapat menutup mata terhadap masalah-masalah penting dan
tinggal diam. Dalam hal ini, manusia terbagi dua, secara umum mereka sangat
yakin atau sama kali tidak peduli. ( keduanya merayup jauh kedalam bulu-bulu
kelinci!)
Itu seperti membagi membagi sebungkus kartu menjadi dua tumpukan,
sophie. Kamu meletakan kartu-kartu hitam disatu tumpukan dan yang merah
ditumpukan yang satunya. Tapi berulang kali si badut muncul dari kartu hati
atau klaver, wajik atau skop. Socrates adalah badut di Athena. Dia tidak merasa
yakin dan tidak pula acuh tak acuh. Yang di ketahuinya hanyalah bahwa dia tidak
tahu apa-apa dan hal ini menggannggunya. Maka, dia menjadi filosof (orang-orang
yang tidak mau menyerah), tetapi terus berusaha tanpa kenal lelah mencari
kebenaran.
Diceritakan bahwa seorang penduduk Athena pernah bertanya kepada
peramal Delphi tentang siapakah manusia yang paling bijaksana di Athena. Sang
peramal menjawab bahwa Socrates adalah yang paling bijkasana dari semua
manusia. Ketika Socrates mendengar ini, dia sangat terkejut. (dia pasti tertawa
sophie!) dia pergi mendatangi seseorang dikota yang oleh dirinya, maupun semua
orang lainnya dianggap sangat bijaksana. Tapi ketika ternyata orang ini tidak
mampu memberi Socrates jawaban yang memuasakan terhadap pertanyaannya, Socrates
sadar bahwa peramal itu benar.
Socrates merasa penting untuk membangun landasan yang kuat untuk
pengetahuan kita. Di percaya bahwa landasan ini terletak pada akal manusia.
Dengan keyakinannya yang tak tergoyahkan pada akal manusia, jelaslah bahwa dia
seorang rasionalis.
Wawasan Yang Benar Menuntun Pada Tindakan Yang Benar
Seperti telah kusebutkan sebelumnya, Socrates menyatakan bahwa dia
dituntun oleh suara batin illahi dan bahwa “hati nurani” ini mengatakan
kepadanya apa yang benar. “orang yang mengetahui apa yang baik akan berbuat
baik, “katanya.
Dengan ini, yang dimaksudkannya adalah bahwa wawasan yang benar akan
menuntun pada tindakan yang benar. Dan hanya orang yang bertindak benar sajalah
yang dapat menjadi ”orang yang berbudi luhur”. Jika kita melakukan kesalahan,
itu karena kita tidak tahu. Itulah sebabnya penting sekali untuk terus belajar.
Socrates berusaha untuk menemukan definisi-definisi yang jelas dan secara
universal diterima mengenai benar dan salah. Tidak seperti kaum sophis, dia
percaya bahwa kemampuan untuk membedakan benar dan salah terletak pada akal
manusia, bukan masyarakat.
Barangkali kamu beranggapan bahwa bagian terakhir ini agak terlalu
kabur, sophie. Coba kamu kemukakan begini, Socrates menjawab bahwa tidak
mungkin seseorang dapat bahagia jika mereka bertindak menentang penilaian
mereka yang lebih baik. Dan orang tahu cara meraih kebahagiaan akan melakukan
hal itu. Oleh karena itu, orang yang tahu apa yang benar akan bertindak benar.
Sebab, untuk apa orang memilih menjadi tidak bahagia?
Bagaimana pendapatmu sophie? Dapatkah kamu menjalani kehidupan yang
bahagia jika kamu terus melakukan hal-hal yang jauh di lubuk hati kamu tahu
salah? Banyak sekali orang yang berbohong dan menipu dan menjelek-jelekan orang
lain. Apakah mereka sadar bahwa semua ini tidak benar atau tidak adil? Apakah
kamu pikir orang-orang ini bahagia? Menurut Socrates tidak.