Makalah Pendidikan-Makalah Kesenian Daerah. Berikut ini saya mempunyai Makalah Kesenian Daerah yang berjudul “Reog Ponorogo Merupakan Kesenian Khas Daerah ” semoga dengan adanya judul tersebut bisa membantu para Pelajar dalam mengerjakan tugas makalah. Dan semoga
dapat bermanfaat bagi kalian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi ini semakin banyak masyarakat yang menganggap
kesenian khas daerah yang dalam hal ini adalah Reog Ponorogo hanya sebuah
kesenian masa lalu.Yang di anggap kesenian memanggil setan dengan aura mistis.
Dan dalam kenyataannya semakin banyak masyarakat yang melupakan warisan
kebudayaan daerah, dalam hal ini adalah Reog Ponorogo karena semakin majunya
hiburan .Tarian Reog Ponorogo |
Reog Ponorogo merupakan kesenian khas daerah Ponorogo yang pada
akhirnya akan luntur apabila tidak ada peran pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat dalam melestarikan kesenian tersebut dan bahkan warga negara lain
yang notabene bukan merupakan kesenian khas daerah meraka malah mau
melestarikan peninggalan budaya masa lalu itu. Dan dampaknya muncul kontroversi
kalau negara tetangga mulai mengakui kesenian khas daerah kita lalu bagaimana
kita sebagai pemilik asli dari kesenian khas daerah tersebut apakah kita hanya
berdiam diri dan membiarkannya terjadi begitu saja?padahal sebenarnya dizaman
sekarang bukan suatu upacara pemanggilan setan melainkan suatu sendra tari yang
sangat menarik untuk dipahami dan dipelajari. Namun apakah masyarakat zaman
sekarang mengetahui apa itu kesenian Reog Ponorogo?
Oleh karena itu makalah kesenian ini saya buat agar para pembaca
dapat mengetahui apa itu Reog Ponorogo dan menghimbau agar semua elemen
masyarakat khususnya para pemuda di Indonesia mau melestarikan kesenian khas
daerah mereka masing masing dan mungkin kalau bisa membawa kesenian tersebut ke
kancah internasional.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan beberapa masalah
yang dapat dikaji pada BAB selanjutnya yakni :
1.
Pengertian
Tari
2.
Pengertian
Reog Ponorogo
3.
Sedjarah
Reog Ponorogo
4.
Pementasan
seni Reog Ponorogo
5.
Kontroversi
1.3 Sistematika Penulisan
Agar menghindari kesalahan dalam penyusunan , maka kami mengambil
dari buku dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TARI
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan
berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.pengertian tari oleh
beberapa ahli yaitu:
1. Sussanne
K. Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan
dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu.
2. Haukin
menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi
dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang
simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak
langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi
sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
3. La
Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus
diinternalisasikan.
4.
Soedarsono
bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis
yang indah
5.
M.
Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota
tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari
6. Soeryodiningrat
memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh
yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh
yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan
maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21).
7. CurtSach
bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi
gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya.John Martin dalam
The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang
paling awal kehidupan manusia.Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling
awal bagi kehidupan manusia.
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia
yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia
yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak
simbolis sebagai ungkapan koreografer.Sebagai bentuk latihan-latihan, tari
digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang.Oleh
sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.
2.2 PENGERTIAN REOG PONOROGO.
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut
tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya
daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik
dan ilmu kebatinan yang kuat
2.3. SEJARAH REOG PONOROGO
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di
masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang
paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi
kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada
abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina
rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa
kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan
mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu
kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini
akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa
pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki
Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran”
kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng
Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa
yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk
Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas
raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari
atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari
gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan
Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada
dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian
dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya
dengan menggunakan giginya .
Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi
mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan
cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok.
Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun
begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena
sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya
memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat
Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang
Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun
ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja
Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan
Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria
berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam
mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan
Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam
keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi
warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam
pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya
aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.Upacaranya pun
menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya
tanpa adanya garis keturunan yang jelas.mereka menganut garis keturunan
Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya
berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya,
ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan
sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat
bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah
kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili
sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa
kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung
kersaning Kang Maha Kuasa.Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual
yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.
1.
Tokoh-Tokoh Dalam Seni Reog
a.
Jathilan (Depan)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam
seni Reog.Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit
berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.Tarian ini dibawakan oleh penari di
mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan
dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau
greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus,
berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik.
Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an
ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ
(Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan
alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog
Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola
ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama
ngracik.
b.
Warok
Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai
tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong
kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang
menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain
tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku,
lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku
hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).\
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo
yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang
kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang
tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo.
Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
1.
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku.“Syaratnya, tubuh harus bersih karena
akan diisi.Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan
haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan.Persyaratan lainnya, seorang
calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar
pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan
berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu
tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh
senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata
andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang
tersisa.Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang
memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang
dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta
restunya.
2.
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok
tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal
mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas
tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih
disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang
telah berakar kuat pada komunitas seniman reog.Bagi seorang warok hal tersebut
adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat.
Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang
gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.Biaya yang
dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah.Bila gemblak bersekolah
maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping
memberinya makan dan tempat tinggal.Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah
maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.Dalam tradisi yang dibawa
oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela
tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah
keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa
mempertahankan kesaktiannya.Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan
intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh
kesaktian warok.Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan
merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya.
Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik
homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan
gemblakan.Di masa sekarang gemblak sulit ditemui.Tradisi memelihara gemblak,
kini semakin luntur.
Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda
lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian
ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
c.
Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan
dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau
(caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit
Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai
tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan
bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih).Krakap terbuat dari kain
beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat
menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar
2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
d.
Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti
mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan
sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih
muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk
melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang
lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil
menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan
Putri (kekasihnya).
Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun
kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
e.
Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu
tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri
sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton
khususnya anak - anak.Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang
cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
2.4 Pementasan Reog
Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti
pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri
dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama biasanya
dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka
dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang
pemberani.Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada
reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang
berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan
dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika
ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang
isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan
pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan
khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang
tersusun rapi.Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya
pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain
yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut
kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan
kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat
topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya
dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan
latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti
puasa dan tapa.
1.
Alur Pertunjukan
Tari Reog modern sering dipentaskan dalam acara pernikahan,
khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa
rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama biasanya dibawakan oleh
6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna
merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki
kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari
laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang
harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan
lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan
lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang
isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan
pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan.Untuk hajatan
khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.Adegan dalam seni reog tidak
ada skenario karena selalu terjadi interaksi antara pemain dan dalang (biasanya
pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain
yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut
kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan
kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat
topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya
dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan
yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan
tapa.
2.
Musik
Pengirig Reog Ponorogo
Musik pengiring ini di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
penyanyi yang terdiri dari dua penyanyi yang menyanyi lagu daerah seperti
Jathilan Jonorogo apabila diadakan di kabupaten Ponorogo dan apabila di
Surabaya para aguyuban reog di Surabaya sering menggantinya dengan Semanggi
Surabaya atau Jembatan Merah yang merupakan lagu khas Surabaya dengan bahasa
jawa lalu kelompok instrument gamelan memiliki anggota sekitar 9 orang yang
terdiri dari:
1.
orang
penabuh gendang
2.
1
orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
3.
orang
peniup slompret
4.
2
orang penabuh kenong
5.
1
orang penabuh gong
6.
2
orang pemain angklung
Salah satu ciri khas dari tabuhan reog adalah bentuk perpaduan
irama yang berlainan antara kethuk kenong dan gong yang berirama selendro
dengan bunyi slompret yang berirama pelog sehingga menghasilkan irama yang
terkesan magis.
3.
Alat Musik Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Alat musik dalam gamelan reog berjumlah 9 buah.
1.
orang
penabuh gendang dimainkan dengan dipukul dan terbuat dari kayu dan kulit sapi
2.
1
orang penabuh ketipung atu gendang terusan. dimainkan dengan dipukul dan
terbuat dari kayu, alumunium dan kulit sapi
3.
orang
peniup slompret dimainkan dengan ditiup dan terbuat dari bambu 2 orang penabuh
kenong dimainkan dengan dipukul dengan menggunakan alat dan terbuat dari logam
dan kayu
4.
1
orang penabuh gong dimainkan dengan dipukul dengan alat dan terbuat dari logam
dan kayu
5.
orang
pemain angklung dimainkan dengan digoyang dan terbuat dari bambu
4.
Lagu Daerah Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Judul nyanyian yang digunakan tergantung tempat di tampilkan
seperti Semanggi Suroboyo atau Jathilan Ponorogo
1.
Nyanyian
yang dinyanyikan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa jawa.
2.
Nyanyian
di reog ini dinyanyikan selama ± 20 menit
5.
Reog di Masa Sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan
sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni
memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka
jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita,
urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan,
Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian
akhir.
Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak
atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog
Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya
terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil
bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan
pengayaan dan perubahan ragam geraknya.
2.5 Kontroversi
Tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari
Barongan. Deskripsi akan tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian
Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia. Tarian ini juga menggunakan topeng
dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak,
yang merupakan asli buatan pengrajin Ponorogo . Permasalahan lainnya yang
timbul adalah ketika ditarikan, pada reog ini ditempelkan tulisan “Malaysia”
dan diaku menjadi warisan Melayu dari Batu Pahat Johor dan Selangor Malaysia –
dan hal ini sedang diteliti lebih lanjut oleh pemerintah Indonesia.
Hal ini memicu protes dari berbagai pihak di Indonesia, termasuk
seniman Reog asal Ponorogo yang berkata bahwa hak cipta kesenian Reog
dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui
langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ribuan Seniman Reog pun
menggelar demo di depan Kedutaan Malaysia. Berlawanan dengan foto yang
dicantumkan di situs kebudayaan, dimana dadak merak dari versi Reog Ponorogo
ditarikan dengan tulisan “Malaysia” , Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk
Zainal Abidin Muhammad Zain pada akhir November 2007 kemudian menyatakan bahwa
“Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli
negara itu. Reog yang disebut “barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor
dan Selangor karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri jiran
tersebut.
2.6
Fungsi Tari
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah
dengan melalui stimulan individu, social dan komunikasi.
Oleh karena itu tari dapat berperan sebagai pemujaan, sarana
komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya dengan ekspresi
kehendak. Secara garis besar fungsi tari ada 4 antara lain :
1.
tari
sebagai upacara
fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi
yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual.
2.
Tari
sebagai sarana hiburan
Salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk di
tonton.Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan
dalam menarikan.
3.
Tari
sebagai sarana pertunjukkan
Tari pertunjukkan adalah bentuk momunikasi sehingga ada penyampai
pesan dan penerima pesan.Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada
tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat
4.
Tari
sebagai sarana pendidikan
Tari yang digunakan untuk sarana pendidikan dengan mengajarkan di
sekolah – sekolah formal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di
masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang
paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi
kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada
abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina
rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa
kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan
mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu
kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini
akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan
maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog,
yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran
Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal
menggunakan kepopuleran Reog.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan generasi penerus bangsa
bisa mengenali budaya bangsanya sendiri, dan dapat melestarikan budaya tersebut
sehingga keberadaan budaya indonesia bisa di akui oleh dunia.