الاثنين، 18 نوفمبر 2013

Makalah Psikodiagnostik 1


Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas Cinta, Berkat dan anugrah-Nya yang tidak terbatas, tugas ini dapat selesai tepat pada waktunya. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besasrnya kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu proses rampungnya makalah ini. Dan semoga catatan kecil ini mampu menambah wawasan dan manfaat bagi kita semua. Amin.


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Tes Proyeksi

Dalam tulisan pertamanya, Dr. Leopold Bellak melacak sejarah perkembangan konsep proyeksi yang sekarang ini sudah melebar dan longgar digunakan. Atas dasra pengujian secara eksperimental maupun deskripsi klinis yang dikemukakan oleh Freud mengenai proyeksi, Bellakmenyatakan perlunya menetapkan dan mengkaji kembali proses-proses perceptual yang terlibat di dalam metode proyektif. Bellak mengemukakan konsep atau istilah apersepsi dan distorsi aperseptif dan teori belajar Gesalt tentunya memerlukan eksperimen dan eksplorasi lebih jauh.

Formulasi yang dilakukan oleh Bellak ini menolong dalam memecahakan beberapa probem yang dihadapi pari klinisi yang menggunakan metode-metode proyektif. Terbentuklah suatu jembatan yang menghubungkan psikologi nonalitik dengan psikologi analiyik yang selama ini dipisahkan.

Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.

 Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).

Ada beberapa alasan mengapa kepribadian testi tidak diungkap atau ditanyakan secara langsung kepada testi, seperti pada personality inventories:

  1. Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya. 
  2. Umumnya lebih mudah menghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun tidak dengan maksud menyembunyikannya atau menipu. 
  3. Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja ia tidak mampu untuk mengemukakannya.

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

 Pengertian Proyeksi

 Tes ini berawal dari lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli klinis. Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang digunakan pada pasien psikiatris. Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik proyektif mencerminkan pengaruh konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern. Ada berbagai upaya yang terpisah yang meletakkan dasar bagi teknik proyektif dalam teori stimulus respon dan dalam teori perceptual tentang kepribadian. Asumsi dasarnya adalah apabila subjek atau individu dihadapkan pada hal-hal yang ambiguitas maka subjek akan memproyeksikan personalitinya melalui jawaban-jawaban terhadap stimulus itu. Syarat-syarat untuk proyeksi antara lain diperlukan screen dan layar. Screen adalah sebuah alat tes untuk memproyeksikan gambar dan stimulus

Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun.

Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian dikembangkan oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia.

Tes proyeksi memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang berarti dia mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi tes. Tes proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan dan pertahanannya.

Oleh karena tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to subjective). Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman yang besar terhadap tes. Validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam memberikan kesimpulan sangat luas.

 Pengertian proyeksi tidaklah dapat didefinisikan secara pasti. Munculnya konsep-konsep yang ingin menerangkan pengertian proyeksi diwarnai dengan problem-problem mengenai konsep proyeksi itu sendiri. Proyeksi adalah suatu  istilah yang sekarang digunakan dalam psikologi klinis, psikologi dinamik dan psikologi sosial.

Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proteksi termasuk tes-tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud pada awal-awal tahun 1894 dalam tulisannya “The Anxiety Neurosis” yang mengatakan bahwa “Jiwa manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurotis disaat dirinya merasa tidak mampu mengatasi rangsangan atau gairah-gairah seksual. Hal itu diartikan bahwa jiwa bertindak seolah-olah  telah memproyeksikan gairah-gairah ini ke dalam dunia luar.     

Pada tahun 1896 dalam tulisan “On The Defense Neuropsychosis” Freud menyampaikan elaborasi lebih jauh mengenai konsep proyeksi. Secara eksplisit Freud mengatakan bahwa proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen yang ada pada diri individu ke orang lain atau dunia luar sebagai proses yang sifatnya defensif dan individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada dirinya.

Freud memberi contoh elaborasi tersebut melalui kasus Schreber (penderita paranoid yang memiliki  kecenderungan homoseksual). Karena ada tekanan dari super ego yang tidak memperbolah kan pria mencintai sejenisnya terjadi reaksi formasi dalam membentuk menransfer suatu sikap “I Love him” menjadi “I hate him” (proyeksi benci yang sebenarnya cinta). “I hate him” masih ada kelanjutannya menjadi “He hates him”.

Konsep proyeksi Freud ini serupa dengan konsep kompensasi dari Alder (prissip inferioritas dan kompensasi). Sejak lahir manusia memiliki kelemahan, namun manusia tidak putus asa dengan cara melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan-kelemahannya. Bentuk kompensasi Alder ini sama dengan proyeksi.

Healy, Bronner, dan Brouer menyatakan bahwa proyeksi merupakan proses defensive dibawah kekuasan prinsip kenikmatan. Ego akan selalu melampiaskan dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang tidak disadari ke dunia

Pada dasarnya memang tidak banyak ahli yang memberikan pengertian atau definisi mengenai proyeksi. Oleh karena itu pengertiannya pun menjadi terbatas. Freud sebagai ahli pertama yang memberikan pengertian konsep proyeksi lebih memfokuskan dibidang klinis karena sesuai dengan asal usulnya freud memang banyak menemukan gejala perilaku proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa dan neurosa. Pada akhirnya konsep proyeksi menjadi paling banyak dipakai dibidang klinis.


TEORI

            Menurut Murray, dalam tes proyeksi bila subyek dihadapkan pada materi/ stimulus yang sifatnya ambigouos, kemudian subyek diminta untuk memeberi respon terhadap stimulus tersebut, subyek akan memberi respon dengan cara memproyeksikan dorongan – dorongan yang ada pada dirinya dalam perbuatan yang biasanya melalui koreksi / kerjasama dengan tuntutan – tuntutan yang bersifat eksternal. Dan menurut Murray reaksi individu terhadap stimulus ambigouos tersebut merupakan kerjasama / interaksi antara need dan press yang disebut thema


PERNYATAAN FREUD

Awal kemunculannya, proyeksi selalu dikaitkan dengan psikosis dan neurosis, ternyata proyeksi bisa diterapkan pada bentuk-bentuk perilaku lain yang lebih luas missal:

  1. Kepercayaan-kepercayaan tertentu di masyarakat, contoh : jangan duduk di atas bantal è sebenarnya karna bantal fungsinya untuk kepala, bukan untuk pantat.
  2. Berbagai macam bentuk kesenian. Contoh : music dan tarian jawa yang tidak rancak dan lemah gemulai è cerminan dari budaya jawa.
  3. Hal-hal yang bersifat religious.  Contoh : asap hio agama konghucu yang membumbung keatas è agar permohonan segera sampai kepada Tuhan.

 CIRI-CIRI TES PROYEKSI

  1. Adanya Stimulusnya tidak terstruktur ; memungkinkan yang subyek mempunyai alternative pilihan jawaban yang banyak. 
  2. Subjek yang mengerjakan tes tidak begitu sadar akan tujuan stimulus yang diberikan serta apa implikasinya. 
  3. Tugas pemeriksa adalah melakukan analisi dan interpretasi holistic-geografis. 
  4. Adanya Stimulus samar-samar/ ambigu; memungkinkan subyek merespon stimulus tersebut sesuai interpretasinya masing-masing.Stimulusnya kurang mempunyai obyektifitas relative ; memunculkan individu diferensis dari masing-masing subyek 
  5. Global Approach ; menurut kesimpulan yang luas.

Macam-Macam Tes Proyeksi


Macam-macam  tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Associative Techniques

Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali muncul. Ex : Rorschach Inkblots, Word Association

  1. Construction Procedures

Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah keadaan psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)

  1. Completion Tasks

Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya. Ex : SSCT, Rosenzweig Picture-Frustation Study

  1. Choice Or Ordering Devices

Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test

  1. Expressive Methods

Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DAP



Teori yang Melandasi Tes nonkognitif



Perkembangan psikologi proyektif didasarkan sebagai protes terhadap teori structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.  Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap melalui self report, inventory. Dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran). Gaya kognitif : cara yang khas dan dipilih seseorang dalam memahami, mengingat, memikirkan dan memecahkan masalah  Gaya kognitif: kemampuan kepribadian yang terwujud dalam aktivitas dan media Misal : Figur Gottschald



Psikoanalisis

Dalam teori ini inti dari kepribadian adalah ego. Menurut sigmun freud, ego harus menghadapi konflik antara id (naluri agresif yang selalu minta disalurkan), dan superego (larangan/ norma yang menghambat naluri itu). Menurut .C.G Jung ego harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran kolektif (naluri yang di peroleh dari pengalaman masa lalu)  dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi.

Menurut ericson manusia adalah makhluk rasional dimana perasaan, pikiran dan perilakunya di pengaruhi oleh ego. Jadi ego merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial.



Perbedaan tes proyeksi dan tes nonproyeksi

Berdasarkan aspek mental dan psikologis yang di ungkap, secara garis besar, tes psikologi dibagi menjaadi dua jenis yaitu, integensi dan kepribadian, dalam tes kepribadian, di kenal dua jenis tes yaitu, tes proyeksi dan tes non proyeksi.



a.            Tes Proyeksi

Tes proyeksi adalah tes yang disusun atas dasar penggunaan mekanisme proyeksi. Penugasan terhadap perilaku tes (testee) adalah proyeksi yang bersifat tak berstruktur yang memungkinkan aneka ragam jawaban sehingga kehidupan awal seseorang bias bergerak sebebas mungkin

Yang melatarbelakngi teknik ini adalah teori psikoanalisis freud. Pendekatan psikoanalisis yakin bahwa hal yang terpenting dalam aspek kepribadian adalah hal justru hal yang tidak disadarai dan sulit di buka melalui self report.

Menurut lindzey, proyeksi memiliki 2 pengertian:

a)        Classic projection (freud)
Proyeksi dilihat sebagai suatu mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan merupakan suatu kondisi patologis.
b)        Generalized projection
Suatu proses yang normal yang terjadi pada manusia.
 
Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:

  1. Stimulus tidak berstruktur --- Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur seperti tes intelegensi. 
  2. Proses proyeksi --- pengungkapan keadaan psikologi klien dengan memproyeksikannya dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan. 
  3. Administrasi longgar --- Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku, tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes. 
  4. Testee oriented --- tes ini berorientasi pada testee 
  5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi --- Dalam menginterpretasikan tes ini, unsure subjektivitas psikolog sangat berpengaruh. 
  6. Menyentuh bawah sadar --- tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah sadar manusia.

FUNGSI TES PROYEKSI


Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.


Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.



Tes non Proyeksi

tes non proyeksi adalah tes kepribadian yang disusun dengan tidak mempertimbangkan adanya proyeksi

Beberapa jenis tes non proyeksi adalah

  1. Tes Kepribadian (ARES) Yaitu tes kepribadian untuk mengungkap aspek kepercayaan diri, tanggung jawab, kestabilan emosi, dan hubungan sosial.
  2.  Tes L & TW (Leadership dan Team Work) Tes L & TW digunakan untuk mengungkap aspek sikap, kepemimpinan, dan kerjasama.
  3. Tes Wiggly Block Tes kepribadin yang berbentuk potongan balok, untuk mengungkap aspek reaksi kerja, sistematika kerja, ketenangan kerja, kecepatan kerja dan hasil kerja. .
  4. Tes Kraeplin Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitment karyawan. Bagi anda yang pernah mengikuti tes kerja, tentunya anda pernah melakukannya. Dimana anda disuguhi lembaran kertas yang penuh berisi angka-angka dan anda diminta menjumlahkan angka diatas atau dibawahnya yang berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya di antara angka tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester atau penguji akan meminta anda melanjutkan ke kolom selanjutnya sampai waktu tes berakhir. Sebelum membahas lebih jauh, baiknya kita mengetahui contoh dan sejarah alat tes psikologi tersebut



  1. EPPS ( edward Personal Preference Schedule)

Tes EPPS Tes EPPS diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Tes Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian yang mengukur tingkat individu dalam 15 kebutuhan dan motivasi umum. Dalam tes EPPS ini tak ada jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Namun hanya merupakan tes yang mengetahui tipe-tipe motivasi, kebutuhan dan kesukaan pribadi. Dalam dunia kerja tes EPPS ini dipergunakan untuk mengetahui karakter masing-masing karyawan ataupun calon karyawan sehingga perusahaan dapat menempatkannya pada bidang yang tepat sehingga kelebihan dan kemampuannya dapat dioptimalkan

Merupakan tes kepribadian dalam menyelesaikan tugas dengan aspek menerima, mempegaruhi, serta menimbang dan memutuskan hingga memperlakukannya terhadap tugas dan hubungan personal. Dalam alat tes psikology ini terdapat berbaga aspek need yang di ungkap, diantaranya:

-          Kemampuan untuk berprestasi

-          Kemampuan menyesuaikan diri

-          Kemampuan menunaikan tugas

-          Kebutuhan untuk menunjukkan diri

-          Kebutuhan untuk mandiri                               

-          Kebutuhan untuk berempati

-          Kebutuhan perhatian terhadap sesama      

-          Kebutuhan akan hubungan social

-          Keinginan untuk memimpin               

-          Keinginan untuk kompromi

-          Kebutuhan memberikan perhatian   

-          Kebutuhan akan stimulasi dari luar

-          Kemampuan menghadapi berbagai rintangan

-          Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis

-          Kebutuhan  untuk bertentangan dengan orang lain.

            Pada dasarnya tes ini di kelompokkan menjadi tiga aspek yaitu, sikap kerja, aspek sosial, aspek emosi.

6.    MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)

Merupakan serangkaian tes yang terdiri dari kira-kira 550 pertanyaan tentang

·         Sikap

·         Reaksi emosional

·         Gejala fisik dan psikologis

·         Pengalaman  masa lalu

            Pada tes ini subjek  menjawab dengan:

·            Benar

·            Salah

·            Tidak  dapat mengaatkan
Pada prinsipnya, jawaban nilai menurut kesesuaian jawaban yang di berikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai masalah psikology.
7.    16 PF

Merupakan tes kepribadian yang dikembangkan oleh raymond B. Cattel untuk mengungkap 16 faktor kepribadian seseorang

8.    CAQ (Clinical Analysis Questioners)

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES PROYEKTIF

kelebihan

  • Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis
  • Dapat menurunkan ketegangan
  • Bersifat ekonomis

  •  Rapport dan keleluasaan penggunaan

Dapat berfungsi sebagai ice breaker karena tugas-tugasnya menarik dan tidak membosankan bahkan seringkali menghibur ; teknik proyektif non verbal bisa di gunakan untuk anak-anak, individu buta huruf dan individu dengan gangguan bicara.

  • Faking

Umumnya bisa menghindarkan kecenderungan faking karena tujuan tes seringkali kabur dan sulit di tebak.

  • Variable tester dan situasi

Teknik proyektif lemah dalam standarisasi, administrasi maupun skoringnya, sehingga variable tester dan situasi tes menjadi sangat penting.

  • Norma

Tidak ada norma standart sehingga seringkali tester menggunakan pengalaman subyektifnya dalam menginterpretasikan sehingga menjadi bias.

  • Reliabilitas

Teknik proyektif mempunyai prosedur scoring yang kurang terstandarisasi sehingga reliabilitas skorer/penilai menjadi sangat penting dengan cara membandingkan konsistensi respon dari subyek.

  • Validitas

Teknik proyektif lemah dalam hal validitas tapi dapat di atasi dengan   mengguanakan alat ukur lain yang mengungkapkan hal yang sama.

Kekurangan

  • Validitas dan reliabilitasnya rendah
  • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnose
  •  interpretasinya bisa subyektif
  • butuh license untuk menginterpretasinya (psikolog)
  • interpretasinya susah, administrasinya juga lumayan karena harus observasi dan denger klien juga.
  • Ujiian ini hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya
  • dari ujian ini pada objek yang sama dapat disimpulkan berbeda oleh pengamat yang berbeda

Klasifikasi Tes   

1.    Menurut L. K. Frank

  • Teknik konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur, subyek diminta untuk memberi struktur. Contoh tes wartegg, tes ro, tes finger print.

  • Teknik konstruktif (membentuk) : materi belum berbentuk subyek diminta untu membentuk, dari pada teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih free exspression untuk subyek. Contoh tes mozaik.

  • Teknik interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta menginterpretasikan materi. Contoh TAT, CAT, SSCT.
  • Teknik katarti : fungsinya saat subyek merespon terjadi pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis. Contoh tes mozaik.

  • Teknik refraktif/ekspresif : subyek diminta mengekspresikan need, sentiment, dan lain-lain yang ada pada dirinya. Contoh tes grafis, tes bender gestalt, grafologi.



2    Menurut Lindzey

Dasar pengklasifikasian Lindzey adalah tipe jawaban subjek yaitu:
1.    Teknik Asosiasi
Subjek diberikan materi kemudian diminta untuk merespon dengan cara mengeluarkan atau menyampaikan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya atas stimulus tersebut.

Contoh: Tes Rorschach, SSCT


2.    Teknik Konstruksi
Subjek diminta untuk menyusun materi yang belum terbentuk menjadi suatu cerita/gambar. Fokusnya adalah pada hasil subjek.
Contoh: TAT, CAT, sub tes mengatur gambar (dalam WAIS)

3.    Teknik melengkapisubjek di beri materi yang belum lengkap kemudian di minta untuk melengkapi

4.    Teknik MengaturSubjek di beri materi/ soal yang ada alternative jawaban kemudian di minta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya atau membuat urutan atas dasar pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan dirinya atau membuat urutan atas dasar piliha jawaban yang ada 
Contoh study of value, survey interpersonal value, tes-tes untuk mengukur tingkat kebutuhan berprestasi, tes-tes unutk mengukur kreatifitas.
5.  Teknik Ekspresif 
fokusnya adalah pada cara subjek menyelesaikan materi, hamper mirip dengan teknik konstruksi, tapi materi yang harus dibentuk sifatnya lebih mentahcontoh: finger printing test, project therapy, achievement motivation training (AMT)


Bab III

PENUTUP

KESIMPULAN


·      Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proteksi termasuk tes-tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal.

  • Pada dasarnya memang tidak banyak ahli yang memberikan pengertian atau definisi mengenai proyeksi. Oleh karena itu pengertiannya pun menjadi terbatas. Freud sebagai ahli pertama yang memberikan pengertian konsep proyeksi lebih memfokuskan dibidang klinis karena sesuai dengan asal usulnya freud memang banyak menemukan gejala perilaku proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa dan neurosa. Pada akhirnya konsep proyeksi menjadi paling banyak dipakai dibidang klinis.
  • Macam-macam  tes proyeksi dapat diklasifikasikan adalah Associative Techniques, Construction Procedures,  Completion Tasks,  Choice Or Ordering Devices ,  Expressive Methods.

·         teori yang melandasi tes nonkognitif : psikoanalisa dan behavioristik

  • Kelebihan Tes Proyektif Kelebihan Atribut psikologis dalam tes dapat dideskripsikan dengan jelas dan tepat

  • Kekurangan Tes Proyektif Validitas dan reliabilitasnya rendah 



Daftar Pustaka

  • Kamiyati,diah & suryaningrum,cahyaning. Pengantar psikologi proyektif . Bandung : UMM Press

  • Markam, S.S. Pengantar Psikodiagnostik. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

  • Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.