BAB I
PENDAHULUAN
11. Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari
proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus
melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan
diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis,
kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari
hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.
12. Rumusan Masalah
Dalam penulisan
makalah ini rumusan masalah yang akan dikaji diantaranya:
- Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
13.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini
diantaranya:
- Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Adapun kegunaannya adalah:
1
Menambah
wawasan dan sebagai bahan bacaan.
2
Memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Psikologi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor Lingkungan
- Lingkungan sosial
a. Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.[1][1]
b. Lingkungan
social masyarakat.
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat
menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian
remaja dan lain-lain.
c. Lingkungan
social keluarga.
Faktor
lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula
dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi
keberhasilan belajarnya. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan
alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka
guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.2. Faktor Instrumental
Faktor
instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya
dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.[2][2]
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan, faktor-faktor instrument ini dapat berwujud
faktor-faktor seperti:
- Gedung perlengkapan belajar
- Alat-alat praktikum
- Perpustakaan
- Kurikulum
- Bahan / program yang dipelajari
- Pedoman-pedoman belajar & sebagainya.
2.3. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam :
1) Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
2) Keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.[3][3]
Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula. Dalam proses
belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga
secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2.4 Faktor Psikologis
Faktor psikologis
yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan
dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. [4][4]
Beberapa factor
psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah :
a) Kecerdasan /Intelegensi Siswa
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru dengan cepat
dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi
yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi
yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi
otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper
seluruh aktivitas manusia.
b) Motivasi
Motivasi adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.[5][5]
Dari segi sumbernya
motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua
faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden
N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar
anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin
tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas
b.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk maju
c. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebaginya.
d. Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.[6][6]
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar
diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif
akan mempengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c) Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam
psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[7][7]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara
yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang
studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih
sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar,
guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru
akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk
menyajikan pelajaran yang dia punya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang
dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa
bidang studi yang dipelajari bermanfaat
bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimilki seorang siswa untuk belajar.[8][8]
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya
setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki
setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f) Perhatian
Tentulah dapat
diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar
akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu,
seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek
didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi
dan kreatif, seperti bermain peran (role
playing),
debat dan sebagainya.
Strategi
pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari
subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak
disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk
mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di
balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan
yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
g) Pengamatan
Pengamatan
adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan,
pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya
pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan
penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk
kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan
modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara
unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam
proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya
dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh
subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
h) Ingatan
Secara
teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1)
menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.[9][9] Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah,
subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada
subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang
mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik,
terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan
lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci
nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
i) Berfikir
Definisi yang
paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri
seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang
berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir
pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan
kesimpulan.[10][10]
Kemampuan
berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal
akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif
berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang
memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang
satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik
untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya
pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional
akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik
untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
j) Motif
Motif adalah
keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar,
seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan
baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang
pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif
intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin
mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks
belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka
panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek
didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini,
umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara
individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik
untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus
memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui
grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus
membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat
grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya
tidak berada di bawah prestasi orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil belajar yang didapatkan oleh seorang siswa sebenarnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Lingkungan, baik sosial maupun non sosial.
b. Instumen.
c. Fisiologis, meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
d. Psikologis, terdiri dari kecerdasan, motivasi, minat, bakat, perhatian,
ingatan, pengamatan, berfikir dan motif.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah
ini, masih banyak kekurangan kekurangan maka dari itu, penulis mengharapkan
semoga para pembaca bisa memberikan masukan kepada penulis. Semoga makalah ini
dipergunakan sebaik-baiknya.
[1][1] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2003),hal 64.
[3][3] Abdil Rahman
Sholeh,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,2008(Jakarta:Recana),
cet.III, hal 221
[4][4] Muhibbin Syah,Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya), hal.
[6][6] http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/,
di akses 19 Maret 2011