MMPI (Minnesota Multifase Personality Inventory) diterbitkan pada
tahun 1940 dan versi revisi kedua MMPI-2 diterbitkan pada tahun 1989.MMPI
adalah tes psikometri
yang paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi dewasa di dunia.MMPI-2 digunakan untuk mengukur kesehatan mental, medikal dan dan preposisi pekerjaan.
yang paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi dewasa di dunia.MMPI-2 digunakan untuk mengukur kesehatan mental, medikal dan dan preposisi pekerjaan.
Tes MMPI adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak
pertanyaan dengan option ya dan tidak, tujuannya adalah untuk mengetahui
kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam
diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan
depresi, kehohongan, Dan sebagainya.
Perancang
MMPI adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC
McKinley , MD. MMPImerupakan hak cipta dari University of
Minnesota.MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai
tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk mendeteksi
masalah kejiwaan.Direvisi pada tahun 1989 sebagai MMPI-2 dan versi untuk remaja
dikembangkan (MMPI-A).
Popularitas MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya,
terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater
dan di bidang psikologi kalah populer alat inventori ini dengan alat-alat tes
lain. Kemungkinan besar karena alat ini dianggap hanya untuk mengukur gangguan
jiwa dan jumlah item yang dirasa cukup banyak sehingga para psikolog cenderung
mengabaikan. Padahal selain penggunaan secara klinis, alat ini dari dulu sudah
diakui untuk mengukur fit and proper test oleh psikiater terhadap klien yang
akan menduduki jabatan termasuk calon presiden RI yang dilakukan oleh psikiater
dari RSPAD. Jadi alat ini tidak selamanya digunakan untuk mendiagnosa gangguan
klinis saja namun dapat melihat gambaran untuk kepribadian terutama dinamika
psikologis yang terkait dengan aspek kesehatan jiwa secara umum.
Secara umum
MMPI/MMPI-2 dapat digunakan untuk:
- Evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya.
- Alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai.
- Alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan.
- Evaluasi efek dari perawatan atau terapi.
- Alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian.
- Alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadam kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, pejabat lain dan jabatan-jabatan lain yang penting untuk dilihat kesehatan jiwanya.
- Alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian.
- Alat penelitian genetika kepribadian.
- Alat penelitian dengan konteks budaya yang berbeda.
- Evaluasi kesehatan mental orang tua.
- Evaluasi kesehatan mental tersangka (alat forensik kesehatan mental).
Terdapat
beberapa skala MMPI dengan beragam desain kegunaan.Berikut berbagai skala yang
ada di MMPI.
Kelebihan dan
kekurangan MMPI/MMPI 2
Kelebihan:
·
Item yang banyak
·
Interview klinis
terstruktur
·
Psikolog/Psikiater
tidak perlu mengadministrasikan tes
·
Inventori Laporan Diri
·
Pilihan hanya ya/tidak
·
Sejarah panjang dengan
literatur penelitian yang sedemikian banyak
·
Inventori kepribadian
yang paling banyak digunakan di dunia
·
Diterjemahkan (dan
dibuat norma ulang) ke berbagai bahasa.
·
Lebih dari 250 skala
atau sistem yang saat ini dikembangkan dengan variasi setting klinis yang
berbeda-beda.
·
Terdapat skala yang
secara eksplisit mengevaluasi validitas pelaksanaan tes
·
Dapat
diadministrasikan dalam bentuk “short form (370 Item awal)” ketika waktu
terbatas atau kerjasama dengan testee tidak memungkinkan lagi
·
Versi tes yang secara
khusus didesain untuk remaja dan dan dewasa.
Kekurangan:
·
Item yang banyak
·
Interview klinis
terstruktur
·
Klien/testee harus
menjalankan tes
·
Inventori Laporan Diri
·
Pilihan hanya ya/tidak
·
Sejarah panjang dengan
literatur penelitian yang sedemikian banyak
·
Isi berorientasi
mendalam pada psikopatologi
·
Dibutuhkan kemampuan
baca, paling tidak klien/testee lulus SMP
·
Lembar jawab
‘memusingkan’ dan cenderung susah digunakan.
·
Skala content overlap
Interpretasi kelompok
MMPI skala Klinis
1. Hypochondriasis
(Hs)
Didefinisikan sebagai gejala gangguan
somatoform, yaitu gangguan psikis yang dimanifestasikan terhadap simptom
psikis. Pasien mengembangkan gangguan psikis menjadi keluhan fisik yang sering diistilahkan
sebagai keluhan hipokondrial.
Dengan skor Hs tinggi menunjukkan perhatian
terhadap kondisi tubuh yang berlebih dari gangguan-gangguan yang muncul.
Gangguan tersebut meluas terhadap gejala somatis tidak jelas yang bervariatif
seperti gangguan epigastrik, fatig, gejala kronis dan lemah atau lesu secara
umum. Dalam terapi, pasien dengan nilai Hs tinggi menunjukkan kecemasan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan gangguan lain. Sifat yang muncul biasanya
mementingkan diri sendiri, berorientasi diri sendiri dan narsistik.Penelitian
menunjukkan mereka dengan kondisi Hs tinggi adalah orang yang pesimis,
pertahanan diri kuat, merasa tidak puas dengan orang lain dan secara umum
merasa kurang bahagia. Mereka menunjukkan sinisme terhadap hidup.
Hubungan interpersonal yang dilakukannya tidak
lancar dan orang lain merasa bisa merasa sedih dengan keluhan-keluhan kronis
yang dideritanya. Mereka akan sering mengeluh, ingin diperhatikan dan kritis
terhadap orang lain. Karena terlalu peka, mereka sering menuntut sesuatu yang
tidak objektif kepada orang lain dan terkadang menunjukkan kekerasan meskipun
secara tidak langsung. Aktivitas yang terlihat kurang dan tampak ia seorang
yang membosankan, kurang antusias terhadap sesuatu dan kurang ambisius.
Terlihat dari ekspresi verbal ia kurang efektif. Dengan skor tinggi, seseorang
akan tampak kurang efisien meskipun tanpa penurunan kemampuan. Pada terapi,
mereka kurang responsif dan dengan cepat ingin menghentikannya apabila terapis
dianggap kurang memberikan perhatian atau dukungan. Mereka cenderung meyakini
pengobatan medis dan kurang percaya apabila gangguannya adalah psikis.
2. Depression
(D)
Hampir keseluruhan orang dengan skor D tinggi
mengalami gangguan depresi dan depresi manik. Digambarkan pasien mengalami
perasaan sedih atau tidak bahagia. Mereka diindikasikan sebagai orang yang
terhambat dan pesimis dengan masa depannya. Ia sangat mengkritisi diri sendiri
dan merasa bersalah dengan seringkali tanpa alasan jelas. Ia merasa
kesehatannya menurun, lambat dalam beraktivitas dan sering merasa lemah dan
capek. Banyak pula yang mengalami kecemasan dan tegang, sering pula merasakan
tegang dan sensitif meskipun terhadap hal-hal yang sepele.
Orang dengan skor tinggi tidak dilaporkan
adanya perasaan tidak berharga atau lemah dalam beraktivitas. Ia tampak sebagai
orang yang kurang agresif, pemalu, hambatan dalam kepercayaan dirinya dan
sering merasa cemas terhadap hal-hal kecil yang terjadi. Menjauhkan diri secara
sosial mungkin saja terjadi, karena kecenderungan mereka menjaga jarak dengan
kontak yang terjadi secara psikis khususnya hubungan emosional yang mendalam.
Banyak dari mereka menunjukkan keraguan dalam berpikir atau berperilaku. Mereka
akan kesulitan dalam mengambil keputusan. Respon terhadap terapi cukup baik
dimana mereka cenderung mengikuti tanpa dorongan membantah dari terapis,
apalagi terapis yang memiliki intensitas tinggi terhadap perhatian dan dukungan
kepada Klien.
3. Hysteria
(Hy)
Orang dengan skor tinggi pada skala ini
menunjukkan simptom fisik yang tidak jelas seperti sakit kepala, pegal-pegal
pada bahu, otot lemah, detak jantung tidak normal atau simptom fisik lain yang
tidak jelas dengan tidak adanya diagnosa medis yang menunjukkan gangguan pada
fisik. Skala ini dipahami dari munculnya simptom somatis dari penampilan
kepribadian yang menunjukkan ketidakmampuan secara efektif dalam menghadapi
stressor (tekanan). Orang dengan profil ini menunjukkan pengingkaran atau
menekan konflik yang ada dan seringkali gagal dalam menyelesaikannya secara
baik dan wajar. Mereka menunjukkan ketidakmampuan mendapatkan insight terhadap
sebab-sebab dari gangguan yang berdampak pada rendahnya motivasi atau perasaan
untuk mencoba mencari jalan keluar.Tidak banyak dilaporkan muncul delusi,
halusinasi atau kecurigaan berlebih, namun seringkali disertai sedikit gangguan
kecemasan, tegang atau depresi. Pada saat muncul kecemasan atau ketakutan,
simptom akan muncul berbarengan dengan adanya stressor dan secara tiba-tiba
akan menghilang. Skor tinggi juga disertai sifat tidak dewasa secara mental,
kekanak-kanakan atau infantil dan berorientasi pada diri sendiri. Ia juga
narsistik dan egosentris. Ia menuntut perhatian dan afeksi yang tinggi dari
orang lain.
Orang dengan skala tinggi tidak menunjukkan
kemarahan atau ketidaksukaan secara terbuka namun dilakukan secara tidak
langsung dari hubungan interpersonal yang terjalin. Mereka memanipulasi
hubungan yang terjalin dengan orang lain untuk kebutuhan dirinya sendiri.
Secara sosial mereka terlibat namun tidak disertai dengan ketulusan. Mereka
dapat akrab, aktif berkomunikasi dan antusias. Mereka dapat bertindak namun
dengan cara yang tidak wajar dan menunjukkan sedikit perhatian terhadap
kepentingan orang lain.
Pasien dengan tipe ini sulit mengikuti terapi
dengan baik karena kecenderungan pengingkaran yang tinggi dan kecenderungan
melihat dirinya pada posisi yang benar. Meski dapat mengikuti terapi dengan
antusias, mereka kurang dapat merespon terhadap insight diri sendiri karena
resistensi yang tinggi terhadap nasihat psikologis yang diberikan. Mereka cenderung
lambat untuk mengetahui sebab-sebab permasalahan sehingga untuk tipe pasien
seperti ini akan lebih sesuai menggunakan “direct advice” dibandingkan dengan
terapi yang berorientasi pada “insight-oriented”.
4. Psychopathic deviate (Pd)
Orang dengan skor
tinggi menunjukkan karakteristik perilaku anti-sosial, termasuk perilaku
membangkang terhadap figur otoritas, ketegangan dalam hubungan keluarga dan
tindakan berlebih dengan tanpa pertimbangan konsekuensi atau akibat yang akan
dihasilkan. Mereka akan cenderung menyalahkan orang lain terhadap masalahnya,
yang dapat direfleksikan dari pengalamannya seperti kurang berprestasi dirinya
di sekolah, perilaku buruk dalam bekerja atau hubungan perkawinan yang kurang
harmonis. Bermasalah dengan hukum mungkin saja terjadi.
Mereka bertindak secara impulsif tanpa dilakukan pertimbangan
matang, toleransi terhadap frustasi rendah dan seringkali bereaksi terhadap
impulsifitasnya. Tindakan tidak direncanakan dengan baik, lemah dalam mengambil
keputusan dan akan mengambil resiko terhadap hal-hal yang secara umum tidak
dilakukan oleh orang lain. Mereka tidak belajar dari pengalaman, dan akan
mengulangi perilaku negatif tersebut meskipun seringkali mendapatkan imbalan
buruk berupa teguran atau hukuman. Mereka akan dipandang sebagai kurang dewasa,
kekanak-kanakan, egois dan narsistik. Mereka terkesan hedonis, suka pamer,
hura-hura dan tidak sensitif dengan kebutuhan orang lain. Hubungan yang dijalin
secara sosial tidak tulus dan menggunakannya untuk kepentingan diri
sendiri. Meskipun dapat membuat kesan pertama yang menyenangkan dan mudah
akrab, namun hubungan yang terjalin tidak bertahan lama karena berorientasi
pada diri sendiri. Mereka juga tidak membangun kehangatan dalam berinteraksi.
Secara individu akan
tampak ekstrovert, mudah bergaul, aktif berbicara, hiperaktif dan tindakannya
spontan dalam kelompok. Mereka tampak pintar dan percaya diri meskipun
aktivitasnya tanpa tujuan jelas. Hubungan yang terjalin biasanya bersifat
kasar, agresif, keras, sinis, membangkang dan terkadang pendendam. Mereka
seringkali bertindak sangat agresif dan sering mengajak berkelahi Biasanya
mereka tidak disertai gangguan kecemasan, depresi maupun simptom psikotik.
Mereka cenderung didiagnosa sebagai gangguan kepribadian terutama perilaku
anti-sosial atau kepribadian pasif-agresif.
Prognosis pada
treatmen buruk, dimana pasien cenderung menunjukkan insight pada perilakunya
karena tidak menunjukkan penyesalan atau kekhawatiran dari perilakunya selama
ini. Selain itu pasien akan cenderung menyalahkan orang lain dan menggunakan
intelektualisasi daripada menghadapinya sebagai tanggung jawab diri. Mereka
seringkali menghentikan treatmen tanpa ada perubahan.
5. Masculinity-Femininity (Mf)
Kecenderungan skala ini lebih melihat peran
gender dan bukan skala psikopatologis.
Laki-laki
Dengan skor >80
memperlihatkan individu memiliki konflik terhadap identitas seksual dan merasa
tidak aman dengan peran maskulin. Mereka akan cenderung menyukai aestetik dan
artistik melebihi laki-laki pada umumnya. Penelitian menunjukkan mereka
menunjukkan intelegensi tinggi dan dapat melakukan aktivitas kognitif dengan
baik. Mereka digambarkan sebagai orang yang ambisius, kompetitif, sikapnya
meyakinkan, pintar, berpikir jernih, teratur dan dapat mengambil keputusan dengan
baik. Mereka cenderung kreatif, keingin-tahuannya tinggi dan imajinatif. Mereka
bersosialisasi dengan baik, peka terhadap orang lain, toleran dan dapat
mengekspresikan kehangatan kepada orang lain. Orang lain melihat pasif,
tergantung dan tenang dengan orientasi jauh dari agresivitas. Mereka cenderung
penurut terhadap situasi konflik untuk menghindari konfrontasi. Laki-laki
dengan pendidikan tinggi menunjukkan skor tinggi dibandingkan dengan laki-laki
dengan pendidikan rendah.
Skor antara 70-79
terlihat sebagai figur sensitif, insight dan toleran. Mereka memiliki
ketertarikan luas terhadap budaya, dan terkadang tenang dan pasif dalam
menjalin hubungan interpersonal. Pada analisa klinis dapat menunjukkan
kebingungan peran seksual atau permasalahan pada penyesuaian jenis kelamin.
Skor <35
menunjukkan dirinya “macho” dengan orientasi tinggi terhadap maskulinitas.
Mereka ingin menunjukkan dirinya secara fisik kuat, gagah dan agresif. Mereka
menunjukkan ketertarikan terhadap pencarian sensasi ketegangan adrenalin
melalui aktivitas fisik, petualangan dan cenderung vulgar dalam menjalin
hubungan. Mereka sebenarnya tampak ragu dengan maskulinitasnya dan merasa perlu
bukti dengan ketertarikan dan perilaku maskulin-nya. Dengan skala Mf rendah
pada laki-laki menunjukkan keterbatasan pada intelektualitasnya dan kurang
tertarik terhadap budaya. Mereka kurang fleksibel dalam bertindak dan memiliki
pendekatan permasalahan yang tidak original. Mereka cenderung bertindak praktis
dan non-teoritis. Mereka juga cenderung menghindari aktivitas yang membutuhkan
pemikiran tinggi dan tidak suka mendiskusikan hubungan interpersonal yang
dijalin, sehingga mereka akan resisten dengan terapi psikologis. Mereka
cenderung kurang sadar terhadap nilai-nilai sosial dan kurang ter-insight dari
motif-motif yang dimiliki.
Perempuan
Skor >70 akan
menolak perilaku atau peran tradisional wanita, cenderung tertarik dengan
aktivitas maskulin yang sering dilakukan oleh laki-laki dalam pekerjaan, hobi,
olah raga atau aktivitas-aktivitas rutin harian. Mereka terkesan aktif dan
kompetitif, energik, agresif, dominan. Mereka menunjukkan ketegaran dan lebih
kuat secara fisik dibandingkan wanita pada umumnya. Mereka akan mudah bergaul,
percaya diri dan akan mudah bertindak meskipun terkadang kurang perasa atau
kurang akrab.
Skor < 35 menunjukkan wanita dengan figur dan peran feminis.
Ia dapat dikatakan ultra-feminist, tertarik dengan aktivitas feminin, pasif,
tenang, pendiam dan cerewet dalam berinteraksi sosial. Mereka cenderung
menggantungkan pada figur laki-laki atau figur yang lebih maskulin dalam
mengambil keputusan atau bertindak. Penelitian menunjukkan skala rendah pada
perempuan tidak diterapkan untuk kalangan yang berpendidikan tinggi.
6.
Paranoia (Pa)
Skala ini digunakan untuk melihat simptom atau
karakteristik kepribadian dengan gangguan paranoid. Orang dengan skor > 80
secara jelas dapat menunjukkan perilaku psikotik, gangguan pikir, delusi
persekusi atau delusi grande atau kedua-duanya dan delusi keyakinan seperti
ideas of reference. Mereka meyakini orang lain memanfaatkannya, menentangnya
atau melakukan sesuatu terhadap dirinya. Mereka biasanya menunjukkan amarah dan
rasa tidak suka. Mereka menunjukkan pertentangan atau ketidaksukaan karena
telah menerima kesalahan dimana orang lain bersekongkol melawan dirinya. Pasien
biasanya menggunakan mekanisme pertahanan diri proyeksi dan sering didiagnosa
sebagai schizophrenia paranoid atau keadaan paranoid.
Dengan skor moderat (65-79) menunjukkan
predisposisi paranoid kalo tidak memunculkan simptom atau gangguan delusi.
Mereka memiliki sensitivitas berlebih, curiga dan responsif terhadap reaksi
orang lain. Mereka menganggap memiliki nasib buruk dalam kehidupannya. Jika
pasien akan melakukan rasionalisasi terhadap kesulitannya dan menyalahkan
kepada orang lain permasalahan dirinya sendiri. Mereka tampak curiga,
berjaga-jaga dan memungkinkan untuk bereaksi kasar, tidak suka atau menentang
terhadap orang lain. Mereka menunjukkan sikap moral yang tinggi dan rigid. Pasien
dengan kondisi ini memiliki prognosis buruk terhadap terapi karena tidak suka
untuk mendiskusikan permasalahannya dan sulit terbuka. Mereka sulit membuka
diri untuk membangun hubungan dalam treatmen.
7.
Psychasthenia (Pt)
Skala ini mudah dilihat sebagai pengukuran
kecemasan dan gangguan penyesuaian diri secara umum. Pasien dengan skor tinggi
menunjukkan kecemasan, tegang dan kegelisahan. Mereka akan mudah sekali
khawatir dan sangat cemas meskipun terhadap masalah kecil. Mereka merasa
terancam dan takut. Dalam berkonsentrasi sulit. Orang lain melihat dirinya
ragu-ragu dan khawatir dengan terlalu banyak introspeksi diri, obsesif dan
kompulsif hampir setiap waktu. Terkadang simptom fisik menyertainya terutama
pada detak jantung. Seringkali pasien menganggapnya sakit jantung.
Pasien tampak sangat mengkritisi diri sendiri,
pemalu dan sulit bergaul dengan lingkungan sosial. Merasa tidak aman, inferior,
kurang percaya diri dan sering terpaku dengan keragu-raguan. Umumnya rigid
dalam pendekatan interpersonal, moralistik dan kaku. Mereka terkesan
perfeksionis, terlalu teratur dalam aktivitasnya. Manifestasi rigid ditampilkan
dengan tidak adanya basa-basi dalam bertindak, tidak kompromis, kaku dengan
interaksi hubungan yang ada. Mereka cenderung ragu dalam mengambil keputusan
karena melihat terlalu banyak kemungkinan dari situasi yang dihadapi.
Mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi
sekarang dan akan termotivasi dengan treatmen psikologis. Pasien akan lebih
lama bertahan dengan treatmen psikologis yang diberikan namun lambat, atau
istilah lainnya “lambat tapi pasti”. Insight sulit dimunculkan namun masih
memungkinkan. Kecenderungan intelektualitas dan rasionalisasinya adalah kurang
produktif. Resistensi terhadap terapi muncul karena kekakuannya
(rigid).Terkadang muncul kekacauan atau distorsi kepentingan masalah yang
disebabkan terlalu bereaksi terhadap hal-hal kecil.
8.
Schizophrenia
(Sc)
Skala ini menunjukkan kompleksitas intepretasi
dan memiliki cakupan luas sebelum melakukan diagnosa secara tepat. Perlu dipertimbangkan
terkadang pasien memiliki kecenderungan schizophrenia dan terkadang pula
menunjukkan perilaku anti-sosial. Pada kondisi lain dapat pula diasosiasikan
terhadap gangguan psikis parah dengan perilaku kurang terkendali atau
mengangsingkan diri secara sosial dengan tidak adanya pengalaman pikir yang
buruk.
Skor 80-90
Individu dengan range skor ini dapat secara
yakin menunjukkan perilaku psikotik. Individu seperti ini menunjukkan
kecenderungan bingung, tidak terkontrol perilakunya dan mengalami disorientasi.
Mereka memiliki ketidakwajaran pikir atau sikap dengan delusi keyakinan (salah
satunya ideas of reference), dan terkadang mengalami halusinasi. Pertimbangan
keputusan perilaku yang buruk tampak dalam dirinya.
Skor 65-79
Skor dengan range ini menunjukkan gaya hidup
schizoid. Mereka merasa terasingkan dari kondisi sosial, merasa terisolasi dan
salah dimengerti oleh orang lain. Mereka menghindar diri, menarik diri terhadap
kondisi sosial yang dianggap tidak dapat menerima dirinya. Mereka menghindar
dari orang lain dan tampak sebagai orang yang aneh, pemalu, menjauhkan diri dan
tidak akrab. Pasien akan menggeneralisasi stress atau depresi dengan menjauhkan
diri dengan cara berkhayal atau berfantasi. Mereka akan bersikap kasar dan
agresif dengan cara-cara atau perilaku yang tidak wajar.
Pasien dengan tipe seperti ini biasanya
merespon situasi dengan salah dalam waktu lama, tidak beradaptasi dan perilaku
aneh. Perasaan inferioritasnya tinggi, tidak puas dengan kehidupannya, bingung
dengan peran seksual, perilaku eksentrik, keras kepala, impulsif dan
kekanak-kanakan.
Treatmen psikologis dapat beragam hasilnya
mempertimbangkan cara terapi yang harus dilakukan harus tepat. Namun pada
umumnya prognosis buruk karena pasien sulit mendapatkan insight, sulit menjalin
kontak atau hubungan dengan terapis dan pada terapi jangka pendek akan tidak
efektif karena keluasan masalah yang diderita pasien. Terapi jangka panjang
dapat efektif jika terapis menyediakan situasi atau keadaan yang dapat diterima
sehingga tidak menutup kemungkinan pasien tipe ini dapat mempercayai terapis.
Treatmen yang dilakukan banyak bersifat jangka panjang dan berorientasi
directive-therapy dengan memperhatikan mental pasien.
9.
Hypomania (Ma)
Skala ini berusaha menunjukkan manik atau
perilaku hipomanik, gangguan afeksi dengan melibatkan gangguan mood. Terdapat 3
kelompok definisi, yaitu:
Skor >80
Individu dalam kategori ini menunjukkan
perilaku mengganggu, termasuk perilaku over-acting, hiperaktif, percepatan
bicara dan terkadang gejala yang cukup lama gangguan pikir inkoheren atau
flight of idea. Terkadang disertai pula halusinasi atau delusi grande.
Aktivitasnya meluas,berenergi dan antusias. Mengalami gangguan pikir dan kurang
dapat mengatur energi dengan baik. Keinginan dan aktivitasnya banyak namun
sulit untuk berhasil sampai tujuan yang diharapkan. Kesan pertama dalam
pergaulan tampak pintar, cerdas, kreatif, menghibur dan hangat. Mereka merasa
kesulitan beraktivitas rutin dan kemampuan detailnya rendah. Mereka menunjukkan
ide atau aspirasi yang tidak realistis dan terkadang grande, mereka sulit
melihat keterbatasan dirinya. Mereka cenderung menunjukkan secara berlebih
keyakinan diri dan tingkat kepentingannya. Pada saat tertentu dan tidak lama
mereka akan menunjukkan kebosanan dan merasa tidak suka secara cepat. Terkadang
sering bermasalah dengan hukum atau sosial karena dorongan impulsif-nya
menjadikan tindakan yang dilakukan bebas dengan sedikit atau tidak menghargai
nilai-nilai etis atau norma yang berlaku, termasuk dorongan seksual. Terkadang
pada tahap tertentu menunjukkan kurang stabil, agresif dan kekerasan terhadap
objek atau orang lain.
Sifat pribadinya terbuka, sosial dan
menyenangkan dihadapan orang lain. Mereka menunjukkan kepercayaan diri, hangat
dan bersahabat dan berusaha menunjukkan kesan pertama yang menyenangkan. Mereka
mudah berbicara dengan banyak orang, sopan, menunjukkan antusiasme namun kurang
tulus. Pada skor tunggal cenderung perilakunya manipulatif demi kepentingan
dirinya sendiri. Mereka seringkali memutarbalikkan fakta, tidak realistis dan
mencampuradukkan kebenaran dan kebohongan pada pembicaraannya. Pada saat
tertentu mereka memiliki periode depresi.
Treatmen dengan skor ini membutuhkan treatmen
medis untuk mood-nya. Psikoterapi yang dibangun terkadang sering diganggu
akibat ulah dari perilakunya misalkan masalah hukum, gangguan dalam kerja atau
sekolah dll. Mereka cenderung akan menolak intepretasi yang diberikan terapis
yang berdampak kesulitan mendapatkan insight diri. Banyak dari mereka tidak
dapat secara teratur mengikuti terapi karena perhatian terhadap aktivitas lain
yang menarik seringkali mengganggu dirinya dalam mengikuti proses terapi secara
rutin. Banyak yang menghentikan terapi di tengah jalan dan banyak pula yang
bersifat kasar dan agresif terhadap terapis.
Skor 65-79
Skor dengan kondisi seperti ini perlu
berhati-hati dalam mengintepretasikan karena individu cenderung normal dengan
tidak adanya gangguan afeksi. Dapat dilihat mereka karakteristiknya adalah
over-aktif, energetik dan banyak berbicara. Mereka menunjukkan ketertarikan di
berbagai bidang dan terkadang tidak realistis dengan ketertarikannya. Mereka
terkadang terlalu bergairah dalam beraktivitas namun kurang melihat tujuan dari
aktivitasnya.
Keterbatasan melihat dirinya sendiri dan
merasa terlalu yakin terhadap apa yang akan diraih menjadikan realitasnya
terhadap tujuan berbeda jauh dengan apa yang ada dalam pikirannya. Ada
kecenderungan tidak menyukai rutinitas dan perhatian terhadap detail rendah.
Banyak janji-janji akhirnya diingkari karena terlalu banyak aktivitas dan
sifatnya setengah-setengah. Cepat bosan dan capek seringkali dirasakannya,
mudah frustasi. Terkadang menunjukkan episode tertentu yang sensitif, agresif
dan kasar.
Pada konteks interpersonal, mereka sosial,
terbuka dan mudah bergaul. Mereka senang dalam situasi sosial dengan
menunjukkan karakteristik yang menyenangkan, menarik, sopan dan antusias
mekipun kurang tulus. Terkadang ketidaktulusannya ditunjukkan dengan berbicara
bohong atau tidak realistis. Pada skala ini pasien tidak tertarik dengan
treatmen psikologis karena “merasa menyenangkan”, dalam kondisi “asik-asik aja”
dan resisten terhadap intepretasi psikologis. Apabila mengikuti terapi
seringkali bolos atau dengan cepat menghentikan proses terapi.
Skor <35
Orang dengan skor seperti ini terlihat kurang
berenergi, kurang bergairah, banyak ketidaktertarikan aktivitas dalam sosial
dan cenderung pendiam, rutin dan sulit dimotivasi dalam treatmen.
10.
Social
Interversion (Si)
Skala ini mengukur intraversion atau
ekstraversion. Skala ini sifatnya unidimensional dan dapat diinterpretasikan
pada tataran skor, dimana skor tinggi berarti cenderung introversion dan skor
rendah cenderung ekstraversion. Skor >65 memiliki sifat sangat malu dalam
pergaulan sosial dan tertutup pribadinya. Mereka sangat nyaman bila sendiri
atau dengan segelintir teman dekatnya. Terkadang mereka tidak nyaman dengan
lawan jenis dan sulit dimengerti. Terlalu sensitif terhadap reaksi dari orang
lain, sangat mengendalikan diri sendiri dan cenderung pasif dalam berinteraksi dengan
orang lain bahkan tidak ekspresif. Mereka tampak sangat serius, konvensional
dan penurut terhadap otoritas yang ada.
Tempo yang ditunjukkan lambat, berhati-hati
sampai ragu-ragu, tidak original dalam pendekatan terhadap masalah dan
seringkali mendapatkan kesulitan dalam mengambil keputusan meskipun terhadap
hal-hal kecil. Mereka cenderung pada mood dan memiliki episode cemas atau
depresi.
Treatmen psikologis dengan skor tinggi dalam
kategori sulit, karena mereka sulit atau terhambat mengekspresikan perasaannya,
kurang berpartisipasi secara sosial, seringkali hambatan komunikasi oral dan
terutama rigid dan tidak fleksibel dalam kondisi-kondisi tertentu.
Apabila skor <= 45 menunjukkan sangat sosial dan terbuka.
Tampak dirinya mudah bergaul, senang ngobrol atau berkecimpung dalam kelompok,
sopan dan banyak bicara. Dorongan untuk dikelilingi orang banyak tinggi dan
banyak menghabiskan waktu dengan kongkow. Mereka terkesan spontan dan ekpresif
dalam bersikap dan senang dengan situasi kompetitif. Dengan skor sangat rendah
dapat berarti kurang dewasa, impusif dan berorientasi pada kesenangan pribadi.
MMPI-2 (Minnesota
Multiphasic Personality Inventory-2)
Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan
afirmatif yang ditanggapi peserta tes "Benar" atau "Salah".
370 soal pertama, yang pada dasarnya
sama dengan butir-butir soal dalam MMPI, kecuali dalam hal perubahan editorial
dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi
skor 10 skala "klinis" yang asli dan tiga skala validitas 197 butir
soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen
yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan, serta
skala dan subskala suplementer yang membangun inventori secara lengkap.
Butir-butir soal mempunyai rentang luas dalam isi, mencakup bidang-bidang
seperti kesehatan umum; simptom-simptom afektif, neurologis, dan motorik; sikap
seksual, politis, dan social; ppertanyaan-pertanyaan tentang pendidikan,
pekerjaan, keluarga, dan pernikahan; serta banyak manifestasi perilaku neurons,
atau psikotis yang dikenal, seperti keadaan obsesif dan kompulsif, delusi,
halusinasi, ide-ide rujukan, fobia, dan kecenderungan sadistis serta
masokhistis. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang
menyediakan semua mformasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal
MMPI-2 dengan butir-butir soal yang asli
Segi yang menonjol dari MMPI
asli adalah penggunaan tiga skala yang disebut skala-skala validitas, yang juga
dipertahankan dalam MMPI-2.5 Skala-skala ini tidak berkaitan dengan
validitas dalam pengertian teknis. Akibatnya, skala-skala ini mewakili
pengecekan dalam hal kurangnya perhatian, kesalahpahaman, pura-pura sakit, dan
pelaksanaan perangkat respons khusus dan sikap mengikuti tes
Bagaimanapun juga, panduan MMPI-2 memiliki informasi yang
memungkinkan para pengguna untuk membandingkan skor-skor yang dimunculkan dari
kedua versi vang didasarkan pada respons ke salah satunya. Meskipun usul ini
bukan tanpa masalah-masalah yang dibawanya (lihat, misalnya Ben-Porath &
Tellegen, 1995), usulan ini didukung oleh sejumlah metode yang dapat
dipertahankan secara empiris bagi para pengguna untuk menegosiasikan periode
transisi antara kedua versi ini (lihat, misalnya Humphrey & Dahlstrom,
1995).
MMPI-A
(Minnesota Multiphasic Personality
Inventory-Adolescent)
MMPI-A adalah bentuk baru MMPI
yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja. MMPI-A memuat
hampir semua segi dari MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar, tetapi
menampung para peserta lebih muda melalui pengurangan panjang keseluruhan
inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkannya butir-butir soal dan
skala-skala baru yang mencakup bidang yang secara spesifik relevan bagi mereka,
seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya, persyaratan
norma kecocokan usia. MMPI-A menggunakan sampel normatif yang terdiri dari 1620
remaja dewasa ini yang berusia antara 14 dan 18 tahun; sampel klinis terdiri
dari 713 remaja dengan rentang usia sama telah dikumpulkan untuk perbandingan
dan studi validitas.
Di samping skala klinis dan
validitas yang digunakan bersama dengan MMPI-2, MMPI-A memiliki skala validitas
sendiri (F1 dan F2), juga skala dan subskala isi serta suplementer yang unik
untuk MMPI-A dan beberapa hal yang umum bagi kedua instrumen tersebut. Meskipun
sejumlah besar penelitian, termasuk tabel norma dan konversi yang diterbitkan
oleh Dahlstrom et al., (1972) dan Marks, Seeman, dan Haller (1974),
menyokong penggunaan MMPI pada para remaja, riset itutidak berlaku bagi MMPI-A,
yang lebih merupakan instrumen yang baru sama sekali daripada revisi. Dengan
demikian, manfaatnya haruslah ditentukan melalui akumulasi riset dan materi
interpretif yang dimulai secara bersamaan dengan Publikasinya (Archer, 1992a;
Butcher &C Williams, 1992; Williams, Butcher, Ben-Porath, &
Graham,1992).
MMPI
di Indonesia
Dengan tidak mengulangi kata
pengantar pada edisi ke-3, penterjemahan MMPI oleh penulis (Yul Iskandar)
bukanlah suatu translasi ( menterjemahkan seperti dengan kamus) tetapi lebih
pada upaya transliterasi dengan memperhatikan berbagai faktor kebudayaan,
religiousitas, kalimat negation (kalimat positif dan kalimat negatif), struktur
kalimat ( kalimat simple, compound dan complex), voice (memperhatikan unsur
active voice dan passive voice), tense (memperhatikan unsur present, past
tense, past perfect tense) unsur person (Aku, Kita, Kami, dan Kamu serta Dia).
Unsur – unsur religiousitas penduduk Minessota tahun 1930-an adalah kebanyakan
protestan, dan pada MMPI Indonesia, pertanyaan religiousitas
dinetralkan.
Contoh pertanyaan :
No 95: I go to Church almost every
week.
Penduduk Minesota 1930-an,
pada umumnya akan menjawab Ya sebagai mayoritas, dan Tidak adalah
minoritas. Ditahun 1980-an, ternyata jawaban Ya adalah minoritas,
sedangkan Tidak adalah mayoritas. Terjemahan dalam bahasa Indonesia (Yul
Iskandar) Aku rajin pergi ketempat ibadah. (True) sampai saat ini masih
mayoritas.
California Personality Inventory ( CPI )
CPI merupakan pengembangan inventori dari MMPI. CPI
dikembangkan khusus bagi orang dewasa. Tujuan
utamanya adalah untuk mengukur dan mengevaluasi perilaku antarpribadi individu
dan interaksi sosial.Dalam revisi terakhirnya, CPI ketiga,
terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab benar atau salah dan
menghasilkan skor pada 20 skala. Tiga adalah skal-skala validitas yang
dirancang untuk melakukan penaksiran atas sikap mengikuti tes. Skala-skala ini
dinamakan kesejahteraan (well being), di dasarkan pada respon orang normal yang
diminta untuk pura-pura buruk. Kesan baik (good impression), didasarkan pada
respon orang normal yang diminta untuk pura-pura baik, dan komunalitas
(communality), yang didasarkan pada hitungan frekuensi atas respo-respon yang
amat popular. Tujuh belas skala lainnya didasarkan pada dimensi kepribadian.
Untuk 13 dari 17 skala ini, butir-butir soal telah di
seleksi atas dasar respon-respon kelompok yang dikontraskan terhadap kriteria
seperti misalnya nilai mata pelajaran, keanggotaan kelas social, partisipasi
dalam aktivitas ekstrakulikuler dan peringkat.Semua skor CPI dilaporkan dalam
kaitan dengan skala skor standar dengan rata-rata 50 dan SD 10. Dewasa ini,
skala ini didasarka pada sampel normative yang terdiri dari 3000 wanita dan
3000 laki-laki yang ditarik dari arsip CPI untuk mewakili populasi umum amerika
serikat dalam kaitannya dnegan umur, tingkat social ekonomis, dan area
georgrafis. Norma-norma disediakan secara terpisah untuk wanita, pria, dan
kedua jenis kelamin dipadukan. Disamping itu, rata-rata skor dan SD skor pada
tiap skala diberikan kepada banyak kelompok khusus.
Pada awal diciptakan pada tahun 1965, CPI
dikonseptualisasikan sebagai system terbuka, yaitu elemen-elemen bias
disingkirkan dan ditamahkan sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan data
arsip ekstensif yang tersedia untuk 13000 subjek tentang semua utir soal CPI,
validitas dan kehandalan skala-skala dasar dapat dipertahankan dengan cara
mempertahankan sifat konstanya melalui penggantian butir-butir soal yang
dihapuskan dengan butir-butir yang secara fungsional ekuivalen dalam kaitan
dengan lingkup korelasi butir soal dengan kriteria keanggotaan skala.
Penelitian pada CPI telah memberikan banyak informasi
yang berguna dalam menganalisis profil-profil yang didasarkan pada elevasi
skalaindividual dan konfigurasi atau pola skor-skor pada dua skala atau lebih,
dengan cara yang dekat pada tradisi interpretasi tipe kode MMPI. Studi-studi
lintas budaya menunjukkan CPI berguna untuk meneliti perbedaan kepribadian
antara kelompok etnis.
Sejak revisi di tahun 1987, CPI juga telah mencakup model
tipologis tiga dimensi untuk mengkalisifikasikan individu berskor tinggi dan
individu berskor rendah pada tiga kali skala structural atau tuga skala vector
yang diidentifikasikan oleh analisis factor dan anaisis soal. Skala-skala
structural mengukur dimensi tingkat tinggi yang internalitas versus
eksternalitas, penerimaan norma versus penolakan norma, dan realisasi diri.
Model ini memiliki daya tarik bagi pengguna inventori tetapi dikritik karena
deskripsinya yang kabur atas prosedur yang digunakan. Disamping itu juga
memiliki kelemahan konseptual dan psikometris yang inheren dalam kladifikasi
orang kedalam tipe yang didasarkan pada dikotomi semena-mena atau satu atau
lebih dimensi yang berkesinambungan.
Bagaimana CPI Dalam Menindak Pasien
Setelah tes telah selesai dan skor dihitung up, hasil akhir
individu kemudian akan ditempatkan pada grid untuk menentukan orang macam apa
mereka sebenarnya. Grid ini didefinisikan oleh dua sumbu: sejauh mana seorang
individu secara internal atau eksternal terfokus (skala v.1) dan sejauh mana
mereka mendukung atau mempertanyakan norma (skala v.2). Hal ini mengakibatkan empat
kelas yang berbeda dari orang :
- Alpha: Ambisius, tegas, giat dan keluar
- Beta: Tenang, hati-hati, moderat dan konvensional
- Gamma: Adventurous, pintar, keras kepala dan progresif
- Delta: Reflektif, asyik, tenang, pendiam dan terlepas
Tindakan tambahan, berjudul realisasi (skala ayat 3), juga
digunakan. Ini mengukur sejauh mana potensi dalam kepribadian dikembangkan, dan
memberikan nilai tinggi ketika subjek reflektif, mampu dan optimis dan skor
rendah ketika mereka tidak.
Langkah-langkah ini dapat datang bersama-sama untuk
memberikan gambaran umum tentang bagaimana seseorang berpikir dan bertindak di
depan umum. Prinsip yang mendasari di balik California Psychological Inventory
adalah bahwa hal itu menghasilkan gambaran yang akurat dari subjek yang akan
mirip dengan
cara yang luar biasa akan melihat mereka
Inventory Psikologis California dan Ketergantungan Rehabilitasi
CPI secara luas digunakan di seluruh dunia, dikembangkan dan
disesuaikan melalui studi non-klinis dari populasi. Hal ini membuatnya menjadi
alat yang berharga dalam pengaturan di pusat rehabilitasi narkoba dan alkohol
sebagai hasil jelas dapat menunjukkan perbedaan dalam perilaku pasien dan gaya
hidup dari norma-norma sosial saat ini yang ditemukan dalam masyarakat
sehari-hari.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji ke-akuratan
CPI yaitu ketika dibandingkan dengan tes lain yang biasanya digunakan dalam
populasi orang yang ketergantungan alkohol dan ketergantungan obat. Salah satu
contoh ini menunjukkan bahwa tes ini mendeteksi skala kecenderungan sosiopat yang ditemukan dalam populasi besar pada pecandu alkohol. Hal
ini penting karena ini merupakan penyakit mental yang sering ditemukan pada mereka yang telah didiagnosis
ketergantungan alkohol. Dengan demikian, alat yang akurat diperlukan untuk
analisis yang tepat dari pasien yang cenderung memiliki kecenderungan sosiopat
dan kecanduan
alkohol atau obat – obatan.
CPI benar-benar dapat berfungsi sebagai alat diagnostik
ganda dalam pusat rehabilitasi alkohol dan narkoba, bukan hanya untuk pemulihan perilaku individu tertentu dan
kepribadiannya, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi mereka yang membutuhkan diagnosis lebih lanjut dengan tes
seperti MMPI. Dengan cara ini, seorang psikolog dapat mengelola tes dan memberikan hasil yang benar-benar dapat digunakan untuk
mengobati pasien, serta memberi mereka kesempatan yang lebih
baik untuk hidup normal.
Akhirnya, hal ini juga memungkinkan untuk menghubungkan
perilaku tertentu untuk diklasifikasikan ke kelas kepribadian tertentu melalui CPI. Satu studi menggunakan
California Psychological Inventory untuk menghubungkan tindakan destruktif dari
mengemudi dalam keadaan mabuk dengan karakteristik kepribadian. Para peneliti
juga mampu menunjukkan korelasi antara penyalahgunaan alkohol dan mengemudi
dalam keadaan mabuk melalui studi yang sama. Hal ini sangat berguna dalam
pengaturan klinis karena memungkinkan terapis untuk menilai pasien mereka dan
menentukan apakah mereka mungkin rentan atau tidak terhadap kegiatan
tertentu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Metode ini kemudian dapat dibuat untuk menghindari jenis situasi tertentu.
Juga seperti MMPI, kegunaan yang luas dari CPI ini
memiliki kritik. Tes ini dikritisi memiliki interkorelasi yang relative tinggi
antar skala-skalanya dan koefisien realibilitas yang relative rendah. Kritik
lain ialah level pada metode digunakkan untuk membangun beberapa kriteria
kelompok. Instrument penelitian yang luas membuktikan nilai yang dimilikinya
sebagai alat yang paling berguna untuk subjek normal. Meskipun edisi 1987
terbukti lebih psikometrik dibandingkan pendahulunya adalah sebuah pertanyaan yang
akan terjawab melalui review penerbit sehingga tersedia.