Sabtu, 01 Juni 2013

Psikodiagnostik Non-Proyektif Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) California Personality Inventory ( CPI )

Makalah Psikologi – Makalah Psikologi yang berjudul Psikodiagnostik Non-Proyektif Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) California Personality Inventory (CPI)” semoga dengan judul makalah tersebut bisa membantu anda dalam pencarian atau pembuatan makalah di fakultas tersebutTES MMPI
MMPI (Minnesota Multifase Personality Inventory) diterbitkan pada tahun 1940 dan versi revisi kedua MMPI-2 diterbitkan pada tahun 1989.MMPI adalah tes psikometri
yang paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi dewasa di dunia.MMPI-2 digunakan untuk mengukur kesehatan mental, medikal dan dan preposisi pekerjaan.
Tes MMPI adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option ya dan tidak, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kehohongan, Dan sebagainya.
Perancang MMPI adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC McKinley , MD. MMPImerupakan hak cipta dari University of Minnesota.MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan.Direvisi pada tahun 1989 sebagai MMPI-2 dan versi untuk remaja dikembangkan (MMPI-A).
Popularitas MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater dan di bidang psikologi kalah populer alat inventori ini dengan alat-alat tes lain. Kemungkinan besar karena alat ini dianggap hanya untuk mengukur gangguan jiwa dan jumlah item yang dirasa cukup banyak sehingga para psikolog cenderung mengabaikan. Padahal selain penggunaan secara klinis, alat ini dari dulu sudah diakui untuk mengukur fit and proper test oleh psikiater terhadap klien yang akan menduduki jabatan termasuk calon presiden RI yang dilakukan oleh psikiater dari RSPAD. Jadi alat ini tidak selamanya digunakan untuk mendiagnosa gangguan klinis saja namun dapat melihat gambaran untuk kepribadian terutama dinamika psikologis yang terkait dengan aspek kesehatan jiwa secara umum.
Secara umum MMPI/MMPI-2 dapat digunakan untuk:
  • Evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya.
  • Alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai.
  • Alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan.
  • Evaluasi efek dari perawatan atau terapi.
  • Alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian.
  • Alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadam kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, pejabat lain dan jabatan-jabatan lain yang penting untuk dilihat kesehatan jiwanya.
  • Alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian.
  • Alat penelitian genetika kepribadian.
  • Alat penelitian dengan konteks budaya yang berbeda.
  • Evaluasi kesehatan mental orang tua.
  • Evaluasi kesehatan mental tersangka (alat forensik kesehatan mental).
Terdapat beberapa skala MMPI dengan beragam desain kegunaan.Berikut berbagai skala yang ada di MMPI.
Kelebihan dan kekurangan MMPI/MMPI 2
Kelebihan:
·         Item yang banyak
·         Interview klinis terstruktur
·         Psikolog/Psikiater tidak perlu mengadministrasikan tes
·         Inventori Laporan Diri
·         Pilihan hanya ya/tidak
·         Sejarah panjang dengan literatur penelitian yang sedemikian banyak
·         Inventori kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia
·         Diterjemahkan (dan dibuat norma ulang) ke berbagai bahasa.
·         Lebih dari 250 skala atau sistem yang saat ini dikembangkan dengan variasi setting klinis yang berbeda-beda.
·         Terdapat skala yang secara eksplisit mengevaluasi validitas pelaksanaan tes
·         Dapat diadministrasikan dalam bentuk “short form (370 Item awal)” ketika waktu terbatas atau kerjasama dengan testee tidak memungkinkan lagi
·         Versi tes yang secara khusus didesain untuk remaja dan dan dewasa.
Kekurangan:
·         Item yang banyak
·         Interview klinis terstruktur
·         Klien/testee harus menjalankan tes
·         Inventori Laporan Diri
·         Pilihan hanya ya/tidak
·         Sejarah panjang dengan literatur penelitian yang sedemikian banyak
·         Isi berorientasi mendalam pada psikopatologi
·         Dibutuhkan kemampuan baca, paling tidak klien/testee lulus SMP
·         Lembar jawab ‘memusingkan’ dan cenderung susah digunakan.
·         Skala content overlap
Interpretasi kelompok MMPI skala Klinis
1.    Hypochondriasis (Hs)
Didefinisikan sebagai gejala gangguan somatoform, yaitu gangguan psikis yang dimanifestasikan terhadap simptom psikis. Pasien mengembangkan gangguan psikis menjadi keluhan fisik yang sering diistilahkan sebagai keluhan hipokondrial.
Dengan skor Hs tinggi menunjukkan perhatian terhadap kondisi tubuh yang berlebih dari gangguan-gangguan yang muncul. Gangguan tersebut meluas terhadap gejala somatis tidak jelas yang bervariatif seperti gangguan epigastrik, fatig, gejala kronis dan lemah atau lesu secara umum. Dalam terapi, pasien dengan nilai Hs tinggi menunjukkan kecemasan yang lebih sedikit dibandingkan dengan gangguan lain. Sifat yang muncul biasanya mementingkan diri sendiri, berorientasi diri sendiri dan narsistik.Penelitian menunjukkan mereka dengan kondisi Hs tinggi adalah orang yang pesimis, pertahanan diri kuat, merasa tidak puas dengan orang lain dan secara umum merasa kurang bahagia. Mereka menunjukkan sinisme terhadap hidup.
Hubungan interpersonal yang dilakukannya tidak lancar dan orang lain merasa bisa merasa sedih dengan keluhan-keluhan kronis yang dideritanya. Mereka akan sering mengeluh, ingin diperhatikan dan kritis terhadap orang lain. Karena terlalu peka, mereka sering menuntut sesuatu yang tidak objektif kepada orang lain dan terkadang menunjukkan kekerasan meskipun secara tidak langsung. Aktivitas yang terlihat kurang dan tampak ia seorang yang membosankan, kurang antusias terhadap sesuatu dan kurang ambisius. Terlihat dari ekspresi verbal ia kurang efektif. Dengan skor tinggi, seseorang akan tampak kurang efisien meskipun tanpa penurunan kemampuan. Pada terapi, mereka kurang responsif dan dengan cepat ingin menghentikannya apabila terapis dianggap kurang memberikan perhatian atau dukungan. Mereka cenderung meyakini pengobatan medis dan kurang percaya apabila gangguannya adalah psikis.
2.    Depression (D)
Hampir keseluruhan orang dengan skor D tinggi mengalami gangguan depresi dan depresi manik. Digambarkan pasien mengalami perasaan sedih atau tidak bahagia. Mereka diindikasikan sebagai orang yang terhambat dan pesimis dengan masa depannya. Ia sangat mengkritisi diri sendiri dan merasa bersalah dengan seringkali tanpa alasan jelas. Ia merasa kesehatannya menurun, lambat dalam beraktivitas dan sering merasa lemah dan capek. Banyak pula yang mengalami kecemasan dan tegang, sering pula merasakan tegang dan sensitif meskipun terhadap hal-hal yang sepele.
Orang dengan skor tinggi tidak dilaporkan adanya perasaan tidak berharga atau lemah dalam beraktivitas. Ia tampak sebagai orang yang kurang agresif, pemalu, hambatan dalam kepercayaan dirinya dan sering merasa cemas terhadap hal-hal kecil yang terjadi. Menjauhkan diri secara sosial mungkin saja terjadi, karena kecenderungan mereka menjaga jarak dengan kontak yang terjadi secara psikis khususnya hubungan emosional yang mendalam. Banyak dari mereka menunjukkan keraguan dalam berpikir atau berperilaku. Mereka akan kesulitan dalam mengambil keputusan. Respon terhadap terapi cukup baik dimana mereka cenderung mengikuti tanpa dorongan membantah dari terapis, apalagi terapis yang memiliki intensitas tinggi terhadap perhatian dan dukungan kepada Klien.
3.    Hysteria (Hy)
Orang dengan skor tinggi pada skala ini menunjukkan simptom fisik yang tidak jelas seperti sakit kepala, pegal-pegal pada bahu, otot lemah, detak jantung tidak normal atau simptom fisik lain yang tidak jelas dengan tidak adanya diagnosa medis yang menunjukkan gangguan pada fisik. Skala ini dipahami dari munculnya simptom somatis dari penampilan kepribadian yang menunjukkan ketidakmampuan secara efektif dalam menghadapi stressor (tekanan). Orang dengan profil ini menunjukkan pengingkaran atau menekan konflik yang ada dan seringkali gagal dalam menyelesaikannya secara baik dan wajar. Mereka menunjukkan ketidakmampuan mendapatkan insight terhadap sebab-sebab dari gangguan yang berdampak pada rendahnya motivasi atau perasaan untuk mencoba mencari jalan keluar.Tidak banyak dilaporkan muncul delusi, halusinasi atau kecurigaan berlebih, namun seringkali disertai sedikit gangguan kecemasan, tegang atau depresi. Pada saat muncul kecemasan atau ketakutan, simptom akan muncul berbarengan dengan adanya stressor dan secara tiba-tiba akan menghilang. Skor tinggi juga disertai sifat tidak dewasa secara mental, kekanak-kanakan atau infantil dan berorientasi pada diri sendiri. Ia juga narsistik dan egosentris. Ia menuntut perhatian dan afeksi yang tinggi dari orang lain.
Orang dengan skala tinggi tidak menunjukkan kemarahan atau ketidaksukaan secara terbuka namun dilakukan secara tidak langsung dari hubungan interpersonal yang terjalin. Mereka memanipulasi hubungan yang terjalin dengan orang lain untuk kebutuhan dirinya sendiri. Secara sosial mereka terlibat namun tidak disertai dengan ketulusan. Mereka dapat akrab, aktif berkomunikasi dan antusias. Mereka dapat bertindak namun dengan cara yang tidak wajar dan menunjukkan sedikit perhatian terhadap kepentingan orang lain.
Pasien dengan tipe ini sulit mengikuti terapi dengan baik karena kecenderungan pengingkaran yang tinggi dan kecenderungan melihat dirinya pada posisi yang benar. Meski dapat mengikuti terapi dengan antusias, mereka kurang dapat merespon terhadap insight diri sendiri karena resistensi yang tinggi terhadap nasihat psikologis yang diberikan. Mereka cenderung lambat untuk mengetahui sebab-sebab permasalahan sehingga untuk tipe pasien seperti ini akan lebih sesuai menggunakan “direct advice” dibandingkan dengan terapi yang berorientasi pada “insight-oriented”.
4.    Psychopathic deviate (Pd)
Orang dengan skor tinggi menunjukkan karakteristik perilaku anti-sosial, termasuk perilaku membangkang terhadap figur otoritas, ketegangan dalam hubungan keluarga dan tindakan berlebih dengan tanpa pertimbangan konsekuensi atau akibat yang akan dihasilkan. Mereka akan cenderung menyalahkan orang lain terhadap masalahnya, yang dapat direfleksikan dari pengalamannya seperti kurang berprestasi dirinya di sekolah, perilaku buruk dalam bekerja atau hubungan perkawinan yang kurang harmonis. Bermasalah dengan hukum mungkin saja terjadi.
Mereka bertindak secara impulsif tanpa dilakukan pertimbangan matang, toleransi terhadap frustasi rendah dan seringkali bereaksi terhadap impulsifitasnya. Tindakan tidak direncanakan dengan baik, lemah dalam mengambil keputusan dan akan mengambil resiko terhadap hal-hal yang secara umum tidak dilakukan oleh orang lain. Mereka tidak belajar dari pengalaman, dan akan mengulangi perilaku negatif tersebut meskipun seringkali mendapatkan imbalan buruk berupa teguran atau hukuman. Mereka akan dipandang sebagai kurang dewasa, kekanak-kanakan, egois dan narsistik. Mereka terkesan hedonis, suka pamer, hura-hura dan tidak sensitif dengan kebutuhan orang lain. Hubungan yang dijalin secara sosial tidak  tulus dan menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri. Meskipun dapat membuat kesan pertama yang menyenangkan dan mudah akrab, namun hubungan yang terjalin tidak bertahan lama karena berorientasi pada diri sendiri. Mereka juga tidak membangun kehangatan dalam berinteraksi.
Secara individu akan tampak ekstrovert, mudah bergaul, aktif berbicara, hiperaktif dan tindakannya spontan dalam kelompok. Mereka tampak pintar dan percaya diri meskipun aktivitasnya tanpa tujuan jelas. Hubungan yang terjalin biasanya bersifat kasar, agresif, keras, sinis, membangkang dan terkadang pendendam. Mereka seringkali bertindak sangat agresif dan sering mengajak berkelahi Biasanya mereka tidak disertai gangguan kecemasan, depresi maupun simptom psikotik. Mereka cenderung didiagnosa sebagai gangguan kepribadian terutama perilaku anti-sosial atau kepribadian pasif-agresif.
Prognosis pada treatmen buruk, dimana pasien cenderung menunjukkan insight pada perilakunya karena tidak menunjukkan penyesalan atau kekhawatiran dari perilakunya selama ini. Selain itu pasien akan cenderung menyalahkan orang lain dan menggunakan intelektualisasi daripada menghadapinya sebagai tanggung jawab diri. Mereka seringkali menghentikan treatmen tanpa ada perubahan.
5.    Masculinity-Femininity (Mf)
Kecenderungan skala ini lebih melihat peran gender dan bukan skala psikopatologis.
Laki-laki
Dengan skor >80 memperlihatkan individu memiliki konflik terhadap identitas seksual dan merasa tidak aman dengan peran maskulin. Mereka akan cenderung menyukai aestetik dan artistik melebihi laki-laki pada umumnya. Penelitian menunjukkan mereka menunjukkan intelegensi tinggi dan dapat melakukan aktivitas kognitif dengan baik. Mereka digambarkan sebagai orang yang ambisius, kompetitif, sikapnya meyakinkan, pintar, berpikir jernih, teratur dan dapat mengambil keputusan dengan baik. Mereka cenderung kreatif, keingin-tahuannya tinggi dan imajinatif. Mereka bersosialisasi dengan baik, peka terhadap orang lain, toleran dan dapat mengekspresikan kehangatan kepada orang lain. Orang lain melihat pasif, tergantung dan tenang dengan orientasi jauh dari agresivitas. Mereka cenderung penurut terhadap situasi konflik untuk menghindari konfrontasi. Laki-laki dengan pendidikan tinggi menunjukkan skor tinggi dibandingkan dengan laki-laki dengan pendidikan rendah.
Skor antara 70-79 terlihat sebagai figur sensitif, insight dan toleran. Mereka memiliki ketertarikan luas terhadap budaya, dan terkadang tenang dan pasif dalam menjalin hubungan interpersonal. Pada analisa klinis dapat menunjukkan kebingungan peran seksual atau permasalahan pada penyesuaian jenis kelamin.
Skor <35 menunjukkan dirinya “macho” dengan orientasi tinggi terhadap maskulinitas. Mereka ingin menunjukkan dirinya secara fisik kuat, gagah dan agresif. Mereka menunjukkan ketertarikan terhadap pencarian sensasi ketegangan adrenalin melalui aktivitas fisik, petualangan dan cenderung vulgar dalam menjalin hubungan. Mereka sebenarnya tampak ragu dengan maskulinitasnya dan merasa perlu bukti dengan ketertarikan dan perilaku maskulin-nya. Dengan skala Mf rendah pada laki-laki menunjukkan keterbatasan pada intelektualitasnya dan kurang tertarik terhadap budaya. Mereka kurang fleksibel dalam bertindak dan memiliki pendekatan permasalahan yang tidak original. Mereka cenderung bertindak praktis dan non-teoritis. Mereka juga cenderung menghindari aktivitas yang membutuhkan pemikiran tinggi dan tidak suka mendiskusikan hubungan interpersonal yang dijalin, sehingga mereka akan resisten dengan terapi psikologis. Mereka cenderung kurang sadar terhadap nilai-nilai sosial dan kurang ter-insight dari motif-motif yang dimiliki.
Perempuan
Skor >70 akan menolak perilaku atau peran tradisional wanita, cenderung tertarik dengan aktivitas maskulin yang sering dilakukan oleh laki-laki dalam pekerjaan, hobi, olah raga atau aktivitas-aktivitas rutin harian. Mereka terkesan aktif dan kompetitif, energik, agresif, dominan. Mereka menunjukkan ketegaran dan lebih kuat secara fisik dibandingkan wanita pada umumnya. Mereka akan mudah bergaul, percaya diri dan akan mudah bertindak meskipun terkadang kurang perasa atau kurang akrab.
Skor < 35 menunjukkan wanita dengan figur dan peran feminis. Ia dapat dikatakan ultra-feminist, tertarik dengan aktivitas feminin, pasif, tenang, pendiam dan cerewet dalam berinteraksi sosial. Mereka cenderung menggantungkan pada figur laki-laki atau figur yang lebih maskulin dalam mengambil keputusan atau bertindak. Penelitian menunjukkan skala rendah pada perempuan tidak diterapkan untuk kalangan yang berpendidikan tinggi.
6.    Paranoia (Pa)
Skala ini digunakan untuk melihat simptom atau karakteristik kepribadian dengan gangguan paranoid. Orang dengan skor > 80 secara jelas dapat menunjukkan perilaku psikotik, gangguan pikir, delusi persekusi atau delusi grande atau kedua-duanya dan delusi keyakinan seperti ideas of reference. Mereka meyakini orang lain memanfaatkannya, menentangnya atau melakukan sesuatu terhadap dirinya. Mereka biasanya menunjukkan amarah dan rasa tidak suka. Mereka menunjukkan pertentangan atau ketidaksukaan karena telah menerima kesalahan dimana orang lain bersekongkol melawan dirinya. Pasien biasanya menggunakan mekanisme pertahanan diri proyeksi dan sering didiagnosa sebagai schizophrenia paranoid atau keadaan paranoid.
Dengan skor moderat (65-79) menunjukkan predisposisi paranoid kalo tidak memunculkan simptom atau gangguan delusi. Mereka memiliki sensitivitas berlebih, curiga dan responsif terhadap reaksi orang lain. Mereka menganggap memiliki nasib buruk dalam kehidupannya. Jika pasien akan melakukan rasionalisasi terhadap kesulitannya dan menyalahkan kepada orang lain permasalahan dirinya sendiri. Mereka tampak curiga, berjaga-jaga dan memungkinkan untuk bereaksi kasar, tidak suka atau menentang terhadap orang lain. Mereka menunjukkan sikap moral yang tinggi dan rigid. Pasien dengan kondisi ini memiliki prognosis buruk terhadap terapi karena tidak suka untuk mendiskusikan permasalahannya dan sulit terbuka. Mereka sulit membuka diri untuk membangun hubungan dalam treatmen.
7.    Psychasthenia (Pt)
Skala ini mudah dilihat sebagai pengukuran kecemasan dan gangguan penyesuaian diri secara umum. Pasien dengan skor tinggi menunjukkan kecemasan, tegang dan kegelisahan. Mereka akan mudah sekali khawatir dan sangat cemas meskipun terhadap masalah kecil. Mereka merasa terancam dan takut. Dalam berkonsentrasi sulit. Orang lain melihat dirinya ragu-ragu dan khawatir dengan terlalu banyak introspeksi diri, obsesif dan kompulsif hampir setiap waktu. Terkadang simptom fisik menyertainya terutama pada detak jantung. Seringkali pasien menganggapnya sakit jantung.
Pasien tampak sangat mengkritisi diri sendiri, pemalu dan sulit bergaul dengan lingkungan sosial. Merasa tidak aman, inferior, kurang percaya diri dan sering terpaku dengan keragu-raguan. Umumnya rigid dalam pendekatan interpersonal, moralistik dan kaku. Mereka terkesan perfeksionis, terlalu teratur dalam aktivitasnya. Manifestasi rigid ditampilkan dengan tidak adanya basa-basi dalam bertindak, tidak kompromis, kaku dengan interaksi hubungan yang ada. Mereka cenderung ragu dalam mengambil keputusan karena melihat terlalu banyak kemungkinan dari situasi yang dihadapi.
Mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi sekarang dan akan termotivasi dengan treatmen psikologis. Pasien akan lebih lama bertahan dengan treatmen psikologis yang diberikan namun lambat, atau istilah lainnya “lambat tapi pasti”. Insight sulit dimunculkan namun masih memungkinkan. Kecenderungan intelektualitas dan rasionalisasinya adalah kurang produktif. Resistensi terhadap terapi muncul karena kekakuannya (rigid).Terkadang muncul kekacauan atau distorsi kepentingan masalah yang disebabkan terlalu bereaksi terhadap hal-hal kecil.
8.    Schizophrenia (Sc)
Skala ini menunjukkan kompleksitas intepretasi dan memiliki cakupan luas sebelum melakukan diagnosa secara tepat. Perlu dipertimbangkan terkadang pasien memiliki kecenderungan schizophrenia dan terkadang pula menunjukkan perilaku anti-sosial. Pada kondisi lain dapat pula diasosiasikan terhadap gangguan psikis parah dengan perilaku kurang terkendali atau mengangsingkan diri secara sosial dengan tidak adanya pengalaman pikir yang buruk.
Skor 80-90
Individu dengan range skor ini dapat secara yakin menunjukkan perilaku psikotik. Individu seperti ini menunjukkan kecenderungan bingung, tidak terkontrol perilakunya dan mengalami disorientasi. Mereka memiliki ketidakwajaran pikir atau sikap dengan delusi keyakinan (salah satunya ideas of reference), dan terkadang mengalami halusinasi. Pertimbangan keputusan perilaku yang buruk tampak dalam dirinya.
Skor 65-79
Skor dengan range ini menunjukkan gaya hidup schizoid. Mereka merasa terasingkan dari kondisi sosial, merasa terisolasi dan salah dimengerti oleh orang lain. Mereka menghindar diri, menarik diri terhadap kondisi sosial yang dianggap tidak dapat menerima dirinya. Mereka menghindar dari orang lain dan tampak sebagai orang yang aneh, pemalu, menjauhkan diri dan tidak akrab. Pasien akan menggeneralisasi stress atau depresi dengan menjauhkan diri dengan cara berkhayal atau berfantasi. Mereka akan bersikap kasar dan agresif dengan cara-cara atau perilaku yang tidak wajar.
Pasien dengan tipe seperti ini biasanya merespon situasi dengan salah dalam waktu lama, tidak beradaptasi dan perilaku aneh. Perasaan inferioritasnya tinggi, tidak puas dengan kehidupannya, bingung dengan peran seksual, perilaku eksentrik, keras kepala, impulsif dan kekanak-kanakan.
Treatmen psikologis dapat beragam hasilnya mempertimbangkan cara terapi yang harus dilakukan harus tepat. Namun pada umumnya prognosis buruk karena pasien sulit mendapatkan insight, sulit menjalin kontak atau hubungan dengan terapis dan pada terapi jangka pendek akan tidak efektif karena keluasan masalah yang diderita pasien. Terapi jangka panjang dapat efektif jika terapis menyediakan situasi atau keadaan yang dapat diterima sehingga tidak menutup kemungkinan pasien tipe ini dapat mempercayai terapis. Treatmen yang dilakukan banyak bersifat jangka panjang dan berorientasi directive-therapy dengan memperhatikan mental pasien.
9.    Hypomania (Ma)
Skala ini berusaha menunjukkan manik atau perilaku hipomanik, gangguan afeksi dengan melibatkan gangguan mood. Terdapat 3 kelompok definisi, yaitu:
Skor >80
Individu dalam kategori ini menunjukkan perilaku mengganggu, termasuk perilaku over-acting, hiperaktif, percepatan bicara dan terkadang gejala yang cukup lama gangguan pikir inkoheren atau flight of idea. Terkadang disertai pula halusinasi atau delusi grande. Aktivitasnya meluas,berenergi dan antusias. Mengalami gangguan pikir dan kurang dapat mengatur energi dengan baik. Keinginan dan aktivitasnya banyak namun sulit untuk berhasil sampai tujuan yang diharapkan. Kesan pertama dalam pergaulan tampak pintar, cerdas, kreatif, menghibur dan hangat. Mereka merasa kesulitan beraktivitas rutin dan kemampuan detailnya rendah. Mereka menunjukkan ide atau aspirasi yang tidak realistis dan terkadang grande, mereka sulit melihat keterbatasan dirinya. Mereka cenderung menunjukkan secara berlebih keyakinan diri dan tingkat kepentingannya. Pada saat tertentu dan tidak lama mereka akan menunjukkan kebosanan dan merasa tidak suka secara cepat. Terkadang sering bermasalah dengan hukum atau sosial karena dorongan impulsif-nya menjadikan tindakan yang dilakukan bebas dengan sedikit atau tidak menghargai nilai-nilai etis atau norma yang berlaku, termasuk dorongan seksual. Terkadang pada tahap tertentu menunjukkan kurang stabil, agresif dan kekerasan terhadap objek atau orang lain.
Sifat pribadinya terbuka, sosial dan menyenangkan dihadapan orang lain. Mereka menunjukkan kepercayaan diri, hangat dan bersahabat dan berusaha menunjukkan kesan pertama yang menyenangkan. Mereka mudah berbicara dengan banyak orang, sopan, menunjukkan antusiasme namun kurang tulus. Pada skor tunggal cenderung perilakunya manipulatif demi kepentingan dirinya sendiri. Mereka seringkali memutarbalikkan fakta, tidak realistis dan mencampuradukkan kebenaran dan kebohongan pada pembicaraannya. Pada saat tertentu mereka memiliki periode depresi.
Treatmen dengan skor ini membutuhkan treatmen medis untuk mood-nya. Psikoterapi yang dibangun terkadang sering diganggu akibat ulah dari perilakunya misalkan masalah hukum, gangguan dalam kerja atau sekolah dll. Mereka cenderung akan menolak intepretasi yang diberikan terapis yang berdampak kesulitan mendapatkan insight diri. Banyak dari mereka tidak dapat secara teratur mengikuti terapi karena perhatian terhadap aktivitas lain yang menarik seringkali mengganggu dirinya dalam mengikuti proses terapi secara rutin. Banyak yang menghentikan terapi di tengah jalan dan banyak pula yang bersifat kasar dan agresif terhadap terapis.
Skor 65-79
Skor dengan kondisi seperti ini perlu berhati-hati dalam mengintepretasikan karena individu cenderung normal dengan tidak adanya gangguan afeksi. Dapat dilihat mereka karakteristiknya adalah over-aktif, energetik dan banyak berbicara. Mereka menunjukkan ketertarikan di berbagai bidang dan terkadang tidak realistis dengan ketertarikannya. Mereka terkadang terlalu bergairah dalam beraktivitas namun kurang melihat tujuan dari aktivitasnya.
Keterbatasan melihat dirinya sendiri dan merasa terlalu yakin terhadap apa yang akan diraih menjadikan realitasnya terhadap tujuan berbeda jauh dengan apa yang ada dalam pikirannya. Ada kecenderungan tidak menyukai rutinitas dan perhatian terhadap detail rendah. Banyak janji-janji akhirnya diingkari karena terlalu banyak aktivitas dan sifatnya setengah-setengah. Cepat bosan dan capek seringkali dirasakannya, mudah frustasi. Terkadang menunjukkan episode tertentu yang sensitif, agresif dan kasar.
Pada konteks interpersonal, mereka sosial, terbuka dan mudah bergaul. Mereka senang dalam situasi sosial dengan menunjukkan karakteristik yang menyenangkan, menarik, sopan dan antusias mekipun kurang tulus. Terkadang ketidaktulusannya ditunjukkan dengan berbicara bohong atau tidak realistis. Pada skala ini pasien tidak tertarik dengan treatmen psikologis karena “merasa menyenangkan”, dalam kondisi “asik-asik aja” dan resisten terhadap intepretasi psikologis. Apabila mengikuti terapi seringkali bolos atau dengan cepat menghentikan proses terapi.
Skor <35
Orang dengan skor seperti ini terlihat kurang berenergi, kurang bergairah, banyak ketidaktertarikan aktivitas dalam sosial dan cenderung pendiam, rutin dan sulit dimotivasi dalam treatmen.
10. Social Interversion (Si)
Skala ini mengukur intraversion atau ekstraversion. Skala ini sifatnya unidimensional dan dapat diinterpretasikan pada tataran skor, dimana skor tinggi berarti cenderung introversion dan skor rendah cenderung ekstraversion. Skor >65 memiliki sifat sangat malu dalam pergaulan sosial dan tertutup pribadinya. Mereka sangat nyaman bila sendiri atau dengan segelintir teman dekatnya. Terkadang mereka tidak nyaman dengan lawan jenis dan sulit dimengerti. Terlalu sensitif terhadap reaksi dari orang lain, sangat mengendalikan diri sendiri dan cenderung pasif dalam berinteraksi dengan orang lain bahkan tidak ekspresif. Mereka tampak sangat serius, konvensional dan penurut terhadap otoritas yang ada.
Tempo yang ditunjukkan lambat, berhati-hati sampai ragu-ragu, tidak original dalam pendekatan terhadap masalah dan seringkali mendapatkan kesulitan dalam mengambil keputusan meskipun terhadap hal-hal kecil. Mereka cenderung pada mood dan memiliki episode cemas atau depresi.
Treatmen psikologis dengan skor tinggi dalam kategori sulit, karena mereka sulit atau terhambat mengekspresikan perasaannya, kurang berpartisipasi secara sosial, seringkali hambatan komunikasi oral dan terutama rigid dan tidak fleksibel dalam kondisi-kondisi tertentu.
Apabila skor <= 45 menunjukkan sangat sosial dan terbuka. Tampak dirinya mudah bergaul, senang ngobrol atau berkecimpung dalam kelompok, sopan dan banyak bicara. Dorongan untuk dikelilingi orang banyak tinggi dan banyak menghabiskan waktu dengan kongkow. Mereka terkesan spontan dan ekpresif dalam bersikap dan senang dengan situasi kompetitif. Dengan skor sangat rendah dapat berarti kurang dewasa, impusif dan berorientasi pada kesenangan pribadi.
MMPI-2 (Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2)
Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes "Benar" atau "Salah". 370  soal pertama, yang pada dasarnya sama dengan butir-butir soal dalam MMPI, kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala "klinis" yang asli dan tiga skala validitas 197 butir soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan, serta skala dan subskala suplementer yang membangun inventori secara lengkap. Butir-butir soal mempunyai rentang luas dalam isi, mencakup bidang-bidang seperti kesehatan umum; simptom-simptom afektif, neurologis, dan motorik; sikap seksual, politis, dan social; ppertanyaan-pertanyaan tentang pendidikan, pekerjaan, keluarga, dan pernikahan; serta banyak manifestasi perilaku neurons, atau psikotis yang dikenal, seperti keadaan obsesif dan kompulsif, delusi, halusinasi, ide-ide rujukan, fobia, dan kecenderungan sadistis serta masokhistis. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua mformasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal yang asli
Segi yang menonjol dari MMPI asli adalah penggunaan tiga skala yang disebut skala-skala validitas, yang juga dipertahankan dalam MMPI-2.5 Skala-skala ini tidak berkaitan dengan validitas dalam pengertian teknis. Akibatnya, skala-skala ini mewakili pengecekan dalam hal kurangnya perhatian, kesalahpahaman, pura-pura sakit, dan pelaksanaan perangkat respons khusus dan sikap mengikuti tes
Bagaimanapun juga, panduan MMPI-2 memiliki informasi yang memungkinkan para pengguna untuk membandingkan skor-skor yang dimunculkan dari kedua versi vang didasarkan pada respons ke salah satunya. Meskipun usul ini bukan tanpa masalah-masalah yang dibawanya (lihat, misalnya Ben-Porath & Tellegen, 1995), usulan ini didukung oleh sejumlah metode yang dapat dipertahankan secara empiris bagi para pengguna untuk menegosiasikan periode transisi antara kedua versi ini (lihat, misalnya Humphrey & Dahlstrom, 1995).
MMPI-A
(Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent)
MMPI-A adalah bentuk baru MMPI yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja. MMPI-A memuat hampir semua segi dari MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar, tetapi menampung para peserta lebih muda melalui pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkannya butir-butir soal dan skala-skala baru yang mencakup bidang yang secara spesifik relevan bagi mereka, seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya, persyaratan norma kecocokan usia. MMPI-A menggunakan sampel normatif yang terdiri dari 1620 remaja dewasa ini yang berusia antara 14 dan 18 tahun; sampel klinis terdiri dari 713 remaja dengan rentang usia sama telah dikumpulkan untuk perbandingan dan studi validitas.
Di samping skala klinis dan validitas yang digunakan bersama dengan MMPI-2, MMPI-A memiliki skala validitas sendiri (F1 dan F2), juga skala dan subskala isi serta suplementer yang unik untuk MMPI-A dan beberapa hal yang umum bagi kedua instrumen tersebut. Meskipun sejumlah besar penelitian, termasuk tabel norma dan konversi yang diterbitkan oleh Dahlstrom et al., (1972) dan Marks, Seeman, dan Haller (1974), menyokong penggunaan MMPI pada para remaja, riset itutidak berlaku bagi MMPI-A, yang lebih merupakan instrumen yang baru sama sekali daripada revisi. Dengan demikian, manfaatnya haruslah ditentukan melalui akumulasi riset dan materi interpretif yang dimulai secara bersamaan dengan Publikasinya (Archer, 1992a; Butcher &C Williams, 1992; Williams, Butcher, Ben-Porath, & Graham,1992).
MMPI di Indonesia
Dengan tidak mengulangi kata pengantar pada edisi ke-3, penterjemahan MMPI oleh penulis (Yul Iskandar)  bukanlah suatu translasi ( menterjemahkan seperti dengan kamus) tetapi lebih pada upaya transliterasi dengan memperhatikan  berbagai faktor kebudayaan, religiousitas, kalimat negation (kalimat positif dan kalimat negatif), struktur kalimat ( kalimat simple, compound dan complex), voice (memperhatikan unsur active voice dan passive voice), tense (memperhatikan unsur present, past tense, past perfect tense) unsur person (Aku, Kita, Kami, dan Kamu serta Dia). Unsur – unsur religiousitas penduduk Minessota tahun 1930-an adalah kebanyakan protestan,  dan pada MMPI Indonesia, pertanyaan religiousitas  dinetralkan.
Contoh pertanyaan :
No 95: I go to Church almost every week. 
Penduduk  Minesota 1930-an, pada umumnya akan  menjawab Ya sebagai mayoritas, dan Tidak adalah minoritas. Ditahun 1980-an, ternyata  jawaban Ya adalah minoritas, sedangkan  Tidak adalah mayoritas. Terjemahan dalam bahasa Indonesia (Yul Iskandar) Aku rajin pergi ketempat ibadah. (True) sampai saat ini masih mayoritas.
California Personality Inventory ( CPI )

CPI merupakan pengembangan inventori dari MMPI. CPI dikembangkan khusus bagi orang dewasa. Tujuan utamanya adalah untuk mengukur dan mengevaluasi perilaku antarpribadi individu dan interaksi sosial.Dalam revisi terakhirnya, CPI ketiga, terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab benar atau salah dan menghasilkan skor pada 20 skala. Tiga adalah skal-skala validitas yang dirancang untuk melakukan penaksiran atas sikap mengikuti tes. Skala-skala ini dinamakan kesejahteraan (well being), di dasarkan pada respon orang normal yang diminta untuk pura-pura buruk. Kesan baik (good impression), didasarkan pada respon orang normal yang diminta untuk pura-pura baik, dan komunalitas (communality), yang didasarkan pada hitungan frekuensi atas respo-respon yang amat popular. Tujuh belas skala lainnya didasarkan pada dimensi kepribadian.
Untuk 13 dari 17 skala ini, butir-butir soal telah di seleksi atas dasar respon-respon kelompok yang dikontraskan terhadap kriteria seperti misalnya nilai mata pelajaran, keanggotaan kelas social, partisipasi dalam aktivitas ekstrakulikuler dan peringkat.Semua skor CPI dilaporkan dalam kaitan dengan skala skor standar dengan rata-rata 50 dan SD 10. Dewasa ini, skala ini didasarka pada sampel normative yang terdiri dari 3000 wanita dan 3000 laki-laki yang ditarik dari arsip CPI untuk mewakili populasi umum amerika serikat dalam kaitannya dnegan umur, tingkat social ekonomis, dan area georgrafis. Norma-norma disediakan secara terpisah untuk wanita, pria, dan kedua jenis kelamin dipadukan. Disamping itu, rata-rata skor dan SD skor pada tiap skala diberikan kepada banyak kelompok khusus.
Pada awal diciptakan pada tahun 1965, CPI dikonseptualisasikan sebagai system terbuka, yaitu elemen-elemen bias disingkirkan dan ditamahkan sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan data arsip ekstensif yang tersedia untuk 13000 subjek tentang semua utir soal CPI, validitas dan kehandalan skala-skala dasar dapat dipertahankan dengan cara mempertahankan sifat konstanya melalui penggantian butir-butir soal yang dihapuskan dengan butir-butir yang secara fungsional ekuivalen dalam kaitan dengan lingkup korelasi butir soal dengan kriteria keanggotaan skala.
Penelitian pada CPI telah memberikan banyak informasi yang berguna dalam menganalisis profil-profil yang didasarkan pada elevasi skalaindividual dan konfigurasi atau pola skor-skor pada dua skala atau lebih, dengan cara yang dekat pada tradisi interpretasi tipe kode MMPI. Studi-studi lintas budaya menunjukkan CPI berguna untuk meneliti perbedaan kepribadian antara kelompok etnis.
Sejak revisi di tahun 1987, CPI juga telah mencakup model tipologis tiga dimensi untuk mengkalisifikasikan individu berskor tinggi dan individu berskor rendah pada tiga kali skala structural atau tuga skala vector yang diidentifikasikan oleh analisis factor dan anaisis soal. Skala-skala structural mengukur dimensi tingkat tinggi yang internalitas versus eksternalitas, penerimaan norma versus penolakan norma, dan realisasi diri. Model ini memiliki daya tarik bagi pengguna inventori tetapi dikritik karena deskripsinya yang kabur atas prosedur yang digunakan. Disamping itu juga memiliki kelemahan konseptual dan psikometris yang inheren dalam kladifikasi orang kedalam tipe yang didasarkan pada dikotomi semena-mena atau satu atau lebih dimensi yang berkesinambungan.

Bagaimana CPI Dalam Menindak Pasien

Setelah tes telah selesai dan skor dihitung up, hasil akhir individu kemudian akan ditempatkan pada grid untuk menentukan orang macam apa mereka sebenarnya. Grid ini didefinisikan oleh dua sumbu: sejauh mana seorang individu secara internal atau eksternal terfokus (skala v.1) dan sejauh mana mereka mendukung atau mempertanyakan norma (skala v.2). Hal ini mengakibatkan empat kelas yang berbeda dari orang :
  • Alpha: Ambisius, tegas, giat dan keluar
  • Beta: Tenang, hati-hati, moderat dan konvensional
  • Gamma: Adventurous, pintar, keras kepala dan progresif
  • Delta: Reflektif, asyik, tenang, pendiam dan terlepas
Tindakan tambahan, berjudul realisasi (skala ayat 3), juga digunakan. Ini mengukur sejauh mana potensi dalam kepribadian dikembangkan, dan memberikan nilai tinggi ketika subjek reflektif, mampu dan optimis dan skor rendah ketika mereka tidak.
Langkah-langkah ini dapat datang bersama-sama untuk memberikan gambaran umum tentang bagaimana seseorang berpikir dan bertindak di depan umum. Prinsip yang mendasari di balik California Psychological Inventory adalah bahwa hal itu menghasilkan gambaran yang akurat dari subjek yang akan mirip dengan cara yang luar biasa akan melihat mereka

Inventory Psikologis California dan Ketergantungan Rehabilitasi

CPI secara luas digunakan di seluruh dunia, dikembangkan dan disesuaikan melalui studi non-klinis dari populasi. Hal ini membuatnya menjadi alat yang berharga dalam pengaturan di pusat rehabilitasi narkoba dan alkohol sebagai hasil jelas dapat menunjukkan perbedaan dalam perilaku pasien dan gaya hidup dari norma-norma sosial saat ini yang ditemukan dalam masyarakat sehari-hari.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji ke-akuratan CPI yaitu ketika dibandingkan dengan tes lain yang biasanya digunakan dalam populasi orang yang ketergantungan alkohol dan ketergantungan obat. Salah satu contoh ini menunjukkan bahwa tes ini mendeteksi skala kecenderungan sosiopat yang ditemukan dalam populasi besar pada pecandu alkohol. Hal ini penting karena ini merupakan penyakit mental yang sering ditemukan pada mereka yang telah didiagnosis ketergantungan alkohol. Dengan demikian, alat yang akurat diperlukan untuk analisis yang tepat dari pasien yang cenderung memiliki kecenderungan sosiopat dan kecanduan alkohol atau obat – obatan.
CPI benar-benar dapat berfungsi sebagai alat diagnostik ganda dalam pusat rehabilitasi alkohol dan narkoba, bukan hanya untuk pemulihan perilaku individu tertentu dan kepribadiannya, tetapi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang membutuhkan diagnosis lebih lanjut dengan tes seperti MMPI. Dengan cara ini, seorang psikolog dapat mengelola tes dan memberikan hasil yang benar-benar dapat digunakan untuk mengobati pasien, serta memberi mereka kesempatan yang lebih baik untuk hidup normal.
Akhirnya, hal ini juga memungkinkan untuk menghubungkan perilaku tertentu untuk diklasifikasikan ke kelas kepribadian tertentu melalui CPI. Satu studi menggunakan California Psychological Inventory untuk menghubungkan tindakan destruktif dari mengemudi dalam keadaan mabuk dengan karakteristik kepribadian. Para peneliti juga mampu menunjukkan korelasi antara penyalahgunaan alkohol dan mengemudi dalam keadaan mabuk melalui studi yang sama. Hal ini sangat berguna dalam pengaturan klinis karena memungkinkan terapis untuk menilai pasien mereka dan menentukan apakah mereka mungkin rentan atau tidak terhadap kegiatan tertentu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Metode ini kemudian dapat dibuat untuk menghindari jenis situasi tertentu.
Juga seperti MMPI, kegunaan yang luas dari CPI ini memiliki kritik. Tes ini dikritisi memiliki interkorelasi yang relative tinggi antar skala-skalanya dan koefisien realibilitas yang relative rendah. Kritik lain ialah level pada metode digunakkan untuk membangun beberapa kriteria kelompok. Instrument penelitian yang luas membuktikan nilai yang dimilikinya sebagai alat yang paling berguna untuk subjek normal. Meskipun edisi 1987 terbukti lebih psikometrik dibandingkan pendahulunya adalah sebuah pertanyaan yang akan terjawab melalui review penerbit sehingga tersedia.