Makalah Pendidikan – Makalah Psikologi Pendidikan. Berikut
ini adalah Makalah Psikologi yang berjudul “Pendidikan Anak Berbakat”. Semoga makalah
ini bisa berguna bagi anda yang ingin membuat makalah psikologi yang
berhubungan dengan judul tersebut. Banyak anak berbakat namun tidak jarang
mereka kurang dukungan dan kurang faktor yang mempengaruhinya.
Kata Pengantar
Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.
Karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi
Pendidikan dengan judul “Pendidikan Anak
Berbakat.” Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya
termasuk kita hingga akhir zaman.
Anak berbakat adalah sebuah anugrah yang diberikan
oleh Allah SWT . potensi-potensi tersebut sebenarnya sudah melekat pada diri
manusia sejak kecil sehingga lingkungannya haruslah mendukung agar
potensi-potensi anak berbakat itu akan berkembang dan berguna bagi kehidupan
masyarakat. Lalu apa sebenarnya definisi dari anak berbakat itu? Apa saja
karakteristik atau ciri-ciri yang tampak dari anak berbakat? Bagaimana kita
mengidentifiksi anak berbakat? Bagaimana cara mendidik anak berbakat yang tepat
sehingga potensi yang ia miliki dapat kita gali dan kita kembangkan? Lalu
bagaimana menurut perspektif Islam dalam menjawab hal-hal mengenai anak berbakat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kami kupas tuntas dalam makalah ini.
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini, terutama
kepada dosen Psikologi Pendidikan kami, Ibu Dra.Diana Mutiah M.si. karena
intruksinya, kami menjadi paham dan mendalami secara intensif mengenai anak
bebakat sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada teman-teman kelas kami yang telah memberikan sinyal-sinyal tanda
peperangan positif dimulai, yaitu peperangan akademis sehingga kami terpacu
untuk mengerjakan makalah ini lebih baik dari teman-teman satu kelas yang
lainnya.
“Tak ada
gading yang tak retak.” Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk makalah
ini. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kami sadar, terdapat banyak
kekurangan yang terkandung dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran pada penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia dengan begitu banyaknya
penduduk yang tersebar di seluruh wilayah tentu memiliki individu-individu yang
berbakat, dan itu merupakan aset yang sangat berharga bagi bangsa dan negara ini. Anak berbakat (gifted child) perlu mendapatkan
pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat secara optimal.
(Farhah, 2012:1).
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal
1 yakni : “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Lebih lanjut
pada pasal 5 ayat 4 “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Tidak hanya sampai di situ namun
dalam UU No. 22 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 “setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pembahasan makalah ini lebih memfokuskan pada anak berbakat kreatif. Anak
berbakat kreatif juga perlu mendapatkan pelayanan khusus bukan hanya
siswa-siswa bermasalah saja yang perlu diperhatikan namun seluruh peserta didik
dan yang utamanya juga mereka yang memiliki bakat kreatif, agar bakat kreatif
mereka menjadi terasah, punya keterampilan sebagai modal dalam kehidupan yang
akan dijalani dalam kehidupannya.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian pada latarbelakang terdapat
beberapa poin yang menajdi asalah pokok dalam pembahasan yang nanti akan
diuraikan, yaitu:
1. Apa
pengertian dari keberbakatan?
2.
Apakah karakteristik dari anak
berbakat?
3.
Bagaimana cara mengidentifikasi anak
berbakat?
4.
Bagaimana cara mendidik anak
berbakat?
5. Bagaimana
islam memandang keberbakatan?
1.3 Tujuan
Mengetahui definisi keterbakatan
dalam secara umum maupun yang lain
1. Mengetahui
karakteristik dari anak berbakat
2. Mengetahui
cara mengidentifikasi anak berbakat
3. Mengetahui
cara mendidik anak berbakat dengan benar
4. Mengetahui
perspektif Islam dalam keberbkatan seseorang
BAB II
PEMBAHASAN
2.
1 Definisi Keberbakatan
§
Secara
umum
Keterbakatan didefinisikan sebagai kemampuan atau
bakat yang sangat tinggi di satu atau lebih bidang sedemikian rupa sehingga
siswa membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensi
nya itu sepenuhnya.
§
Menurut
Shavinina dan Ferrari, 2003; Simonton, 2001; Winner 2000b
Keterbakatan merupakan hasil dari predisposisi
genetic dan pengasuhan lingkungan
§
Menurut
Widodo Judarwanto (2007)
Keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau
kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika,
fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai
tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas
rata-rata anak seusianya.
§
Menurut
Galton (2002)
Kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar
biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas
intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja
§
Menurut Clark (1986)
Keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus
dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari
pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan
kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
2.2
Karakteristik Keberbakatan
Semua siswa berbakat juga berbeda-beda dalam hal
kekuatan dan talenta mereka yang unik, dan mereka yang memperlihatkan talenta
yang luar biasa salah satu bidang dapat saja hanya memperlihatkan kemampuan
rata-rata di bidang lainnya.
Siswa berbakat memiliki karaktersitik seperti: (Winner,
2000b)
·
Penbendaharaan
kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi dan keterampilan membaca diatas
rata-rata
·
Pengetahuan
umum yang kaya mengenai dunia
·
Kemampuan
belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman lainnya.
·
Proses
kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien
·
Fleksibelitas
yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap tugas.
·
Standar
performa yang tinggi (kadangkala terlalu perfeksionis)
·
Konsep
diri yang positif khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis.
·
Perkembangan
sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat
yang ekstrim mungkin mengalami kesulitan Karen mereka sangat berbeda dari
teman-teman sebayanya) (B.Clark, 1997; Cornell et.al., 1990; A.W.Gottfried
et.al., 1994; Lupart, 1995; Parker, 1997; Shavinina & Ferrari, 2004;
Silvermen, 1994; Steiner &Carr, 2003; Winner, 2000a, 2000b)
Identifikasi
anak berbakat
Apakah
bakat merupakan keturunan atau hasil lingkungan? Kemungkinan besar keduanya.
Individu-induvidu yang berbakat dapat mengindetifikasi bahwa mereka mempunyai
tanda-tanda kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu pada usia muda, sebelum
atau pada awal pendidikan (Howe, dkk., 1995) . Ini menunjukan bahwa kuatnya
pengaruh genetik atau keturunan pada anak berbakat. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa individu
yang berhasil mendapatkan gelar juara atau diberi lebel status sosial master
piece oleh masyarakat pada bidang seni,
matematika, ilmu pengetuhuan dan olahraga itu semuanya dikarenakan dukungan
keluarga disertai pelatihan dan praktik bertahun-tahun (Bloom, 1985) . Latihan
dengan serius secara teratur merupakan
bekal individu yang sangat penting untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Latihan yang dilakukan dengan serius dan teratur (deliberate practice) adalah
latihan yang muncul pada tingkat kesulitan yang sesuai pada individu tersebut,
member umpan balik yang koleratif, dan mungkin memungkinkan kesempatan untuk
pengulangan (Erickson, 1996). Dalam satu studi, musisi terbaik melakukan
latihan yang serius dan teratur dengan porsi dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan musisi amatir (Ericsson,Krampe, & Tesch, 1993) .
Apakah
anak-anak yang dari kecil sudah memiliki bakat tertentu berpotensi akan
berbakat pula pada saat dewasa dan menjadi orang yang sangat kreatif? Dalam
penelitian Terman, anak-anak yang memiliki IQ tinggi pada bidang tertentu akan
berpotensi menjadi orang yang ahli pada bidang tersebut. (Winner, 200) .
Sejak usia
dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari
anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka
memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga
tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia
7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang
mereka harapkan.”
Anak yang
memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak
berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya,
tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun,
jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika
berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu
dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat,
tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya.
Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering
merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat
istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar
sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
"kehausan" akan informasi.
Di kelas
Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak
menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang
kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan
cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan
sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal
yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur
karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman,
pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk
menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif
dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak
terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
Hal yang
menyebabkan beberapa anak berbakat pada saat dewasa tidak menjadi master piece
atau ahli pada bidangnya adalah bahwa mereka ditekan terlalu keras oleh oran
tuanya dan guru yang terlalu keras mengajarnya. Akibatnya, mereka kehilangan
motivasi intrinsik (internal) mereka (Winner, 1996, 2006) . Di saat mereka
dewasa, mereka bertanya pada dirinya,”Untuk siapa aku melakukan ini semua?” jika
jawabannya bukan untuk dirinya sendiri berarti mereka tidak ingin melakukannya
lagi.
Pendidikan Anak Berbakat
Tujuan
pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya
mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar
untuk berprestasi.
Kebutuhan
pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri,
yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk
mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk
mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak,
peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal
untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat
membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan
pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya
dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa
komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi
anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang
tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi
anak berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat
menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya:
jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada
penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya
komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi
pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan
adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat
belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll).
Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan,
pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum
plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan
dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus
dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat
mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan
model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai,
kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat
menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian
program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak
berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai
banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga
sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai
kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten
untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan
mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan
sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila
mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996)
. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari
kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan
pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas
seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak
berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru
dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat
tadi.
Para ahli
berpendapat bahwa pendidikan anak-anak berbakat mewajibkan pemeriksaan yang
signifikan. Seperti yang dikemukakan dalam buku : Genius Denied: How to Stop
Wasting Our Brightest Young Minds (Davidson & Davidson , 2004)
Anak-anak
berbakat yang merasa tidak tertantang dengan materi dan situasi kelas akan
mengganggu, membolos, dan kehilangan minat dalam mencapai prestasi. Terkadang
anak-anak ini tidak tertarik untuk mengerjakan tugas, menjadi pasif di kelas,
dan apatis di lingkungan sekolah (Rosselli, 1996). Guru harus menantang
anakl-anak yang berbakat luntuk mencapai harapannya yang tinggi hingga
bakatnyta terasah sehingga pada saat dewasa ia menjadi ahli pada bidang
tertentu (Hargrove, 2005; Tassell-Baska & Stambaugh, 2006; Winner, 2006) .
Lima
pilihan program yang tepat dilakukan untuk anak-anak yang berbakat adalah
(Hertzog, 1998) :
Ø Kelas Khusus. Ini telah menjadi cara yang umum
untuk mendidik anak-anak yang berbakat. Kelas khusus yang dilakukan selama hari
sekolah biasa disebut program “penarikan.” Beberapa kelas khusus juga diadakan
setelah sekolah pada hari pada hari sabtu. Atau biasanya di sekolah-sekolah
formal di Indonesia biasa dijumpai kelas ekstra-kurikuler, dimana pada kelas
tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi bakat yang dimiiliki peserta
didik.
Ø Akselerasi dan pengayaan. Diawal penerimaan taman
kanak-kanak (TK) hingga jenjang berikutnya, sekolah seharusnya meberi tes IQ,
bakat, minat untuk menempatkan anak-anak berbakat pada tempatnya yg sesuai agar
mereka mampu meningkatkan opotensinya. Anak yang telah dites dan mendapatkan
hasil yang menyatakan dia berbakat maka sehendaknya anak tersebut ditempat pada kelas akselerasi (menyelesaikan
3 tingkat dalam 2 tahun) atau proses percepatan materi (Colangelo,
Asoline, & Gross, 2004; Johnsen,
2005) . Pemadatan atau percepata materi kurikulum adalah proses dimana siswa
berbakat dianggap bisa menyelesaikan materi lebih cepat dibanding anak-anak
yang memiliki IQ standar pada umumnya.
Ø Home-schooling (pendidikan non
formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi
adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang
sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli
yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa
anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke
sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang
cocok dengan tingkat perkembangannya.
Ø Mentor. Ini adalah cara yang paling
penting untuk mengembangngkan potensi anak berbakat. Dengan adanya mentor, anak
berbakat akan termotivasi, tertantang, dan tidak merasa monoton tentang apa
yang dipelajari karena peran mentor disini adalah untuk menggali potensi anak
berbakat. Seorang mentor juga harus menggunakan cara-cara yang efektif untuk
mendidik anak berbakat seperti, pemberian materi yang luas, tingkat kesulitan
materi lebih tinggi, pemberian materi disertasi aplikasi, dan selalu memberikan
evaluasi kepada peserta didik. (Pleiss & Feldhusen, 1995)
Ø Program layanan kerja untuk
masyarakat.
Pada program ini, peserta didik yani anak berbakat wajib mengaplikasikan
ilmunya kepada masyarakat. Hal ini diberikan agar anak berbakat dapat berbaur
dengan masyarakat dan memberikan kesan kepada meraka bahwa talenta sangat
diperlukan oleh masyarakat sehingga anak berbakat akan terus mempelajari
ilmunya dan menghasilkan hal baru.
Guru atau
mentor yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai
peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan
seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang
berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai
pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan
dalam tiga bentuk:
·
“Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat
dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman
kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang
diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan
sebagainya).
·
“Percepatan” yaitu cara penanganan
anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau
menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi
bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced
placement, advanced courses.
·
“Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh
atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi
kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.
Selain
bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang
lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau
lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan
perlombaan-perlombaan.
Peran
orang tua dalam menghadapi anak berbakat adalah memberi perhatian terlalu
banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi
semaksimal mungkin.
Ada
beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan
membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya
adalah:
·
anak berbakat itu tetap anak dengan
kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah
membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
·
Sempatkan diri untuk mendengarkan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
·
Berilah kesempatan seluas-luasnya
untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun
jangan memaksakan minat-minat tertentu.
·
Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami
suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
·
Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
Anak Berbakat Menurut Perspektif
Islam
انْظُرْ
كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ
وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا
Perhatikanlah bagaimana Kami
lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan
akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (Al israa ayat 21)
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ
وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ
إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan Dialah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al anam ayat 165).
ذَٰلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(Siksaan) yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang
telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang
ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
(Anfaal 53).
لَهُ
مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ
اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ
وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.
(ar ra’du 11)
فَإِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
6. Karena
sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan, Al- Insyira ayat 5.
Islam juga
memberi petunjuk kepada orang tua agar dalam mendidik selalu memperhatikan
tingkat kemampuan anak, seperti dalam hadist Rosul yang berbunyi :
ا مر ت ان
اخا طب النا س على قد ر عقو لهم ( روه مسلم )
“Saya
disuruh berbicara kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan intelektual
mereka.“(HR.Muslim)21
Hadist di
atas menjelaskan bahwa orang tua/ pendidik dalam melaksanakan tugas harus
menyesuaikan daya pikir anak sehingga akan terarah pada kemampuannya dan anak
dapat terus berkembang.
Dari ayat
dan hadist di atas menunjukkan bahwa Islam sangat mendorong pendidikan
intelektual dan membebani tanggung jawab pendidik khususnya orang tua terhadap
kemampuan anak, termasuk juga anak yang tergolong berbakat.
Anak Berbakat
memiliki kelebihan yang luar biasa sehingga mendidiknya pun berbeda dengan anak
normal biasa. Kelebihan anak berbakat antara lain memiliki kekuatan untuk
mengingat dan manghapal. Dalam pendidikan Islam hal yang paling utama yang
perlu diajarkan adalah menghapal ayat-ayat suci al-quran, karena keutamaannya
sangat besar, yang digambarkan dalam hadist Nabi SAW berbunyi :
من قر أ
الق ا ن و تعلمه و عمل به ألبس يو م القيا مة تا جا ون نو ر ضو ؤ ه مثل ضو ء الشمس
ويكسى والد يه حلتا ن لا يقو م بهما الد نيا فيقو لا ن نما كسينا هدا فيقا ل يأ خد
و لد كما القرآ ن . ( روه الحا كم )
“Siapa yang membaca Al-Quran dan
mempelajarinya, lalu mengamalkannya, maka pada hari kiamat akan dikenakan
padanya mahkota yang terbuat dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari,
sedankan pada kedua orang tuanya akan dikenakan dua potong pakaian yang tiada
dapat disanggah oleh dunia. Lalu keduanya bertanya, Mengapa Kami diberi pekaian
ini lalu dijawab, “ karena anakmu belajar Al-Quran.” ( HR. Al-Hakim.)23
Untuk
mengajarkan Al-quran pada anak orang tua dapat memasukkan anaknya ke dalam
kelompok penghapal Al-quran, orang tua dapat mendaftarkan anaknya pada seorang
ustadz yang sudah dikenal bagus hapalannya dan kesalehan ahlaknya.
Disamping
menghapal Al-quran, sebaiknya diajarkan pula untuk menghapal hadist Nabi SAW
dari kitab shahih, seperti shahih muslim dan shahih bukhari. Pilihkan hadist
yang ungkapannya sederhana dan mudah ditangkap maknanya dan bermanfaat bagi
kehidupan anak-anak. Seperti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan
hadist-hadist yang berkaitan dengan ahlak dan etika.
Dalam
pendidikan Islam anak juga dianjurkan untuk menghapal peribahasa yang
mengandung hikmah dan kebenaran. Hapalan ini akan membantu anak memahami ayat
dan hadist yang didalamnya banyak sekali ungkapan yang mengandung peribahasa.
Ibnu Jauzi mengatakan bahwa di dalam Al-quran terdapat 43 peribahasa. Diantara
contoh peribahasa itu adalah:” apa yang kau tanam, akan kau tunaikan jua,
waspadalah akan kejahatan orang yang kamu berbuat baik kepadanya; barang siapa
yang tidak mengetahui suatu perkara, maka ia aka mengulanginya.” Orang tua
hendaknya menjelaskan maksud peribahasa itu sesuai dengan tingkat pemahaman
anak.
Untuk
memenuhi keinginan dalam bidang penemuan-penemuan baru orang tua dapat
menyediakan perpustakan di rumah, pilih salah satu ruang yang dapat dijangkau
oleh anak, perpustakaan itu dapat berisi ensiklopedi ilmiah atau majalah
ilmiah. Dan sebaiknya orang tua perlu memperhatikan isinya jangan sampai anak
termakan propaganda sekularisasi yang biasanya termuat dalam metode ilmiah
barat hal ini bisa berupa terjemahan dari buku-buku yang berasal dari barat.
Orang tua
juga harus mendorong anaknya untuk terus meneliti, dengan mengarahkan perhatian
anak pada alam raya; memberi tahu tentang kebaikan dan keindahan yang ada pada
mahluk Allah dengan cara membiasakan anak untuk memperhatikan semua ciptaan
Allah yang ada di alam; dan mengadakan penelitian. Orang tua dapat menyediakan
alat untuk meneliti misalnya dengan mikroskop, teleskop dan sebagainya. Dalam
hal ini Allah memerintahkan pada manusia untuk selalu memikirkan
nikmat-nikmat-Nya dan apa yang telah Dia ciptakan, baik di langit maupun di
bumi.27 Dalam QS. Yunus :101 berbunyi:
قل ا نظروا
ما دا فى السموا ت والأرض
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi.”28
Lingkungan
sangat berperan pada perkembangan anak berbakat, oleh karena itu orang tua
harus mengupayakan agar anaknya dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Salah
satunya yaitu orang tua perlu mencarikan teman yang mempunyai kecerdasan
sehingga anak dapat menyalurkan kemampuannya.
Dalam
pendidikan Islam mencarikan teman buat anaknya bukan hanya yang mempunyai IQ
tinggi/cerdas tetapi juga yang baik moralnya dan kuat akidahnya, karena seorang
teman mempunyai pengaruh yang besar. Ini tergambar dalam sabda Rosulullah SAW :
اا لمر ء
على د ين خليله فلينطر احد كم من يخا لل ( روه التر مد ي )
“Seseorang itu berdasarkan agama
temannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa ia berteman.”29
Selain
upaya-upaya di atas anak perlu diberi dorangan motivasi karena motivasi membuat
percaya pada potensi yang dimiliki. (seperti yang telah dijelaskan di atas. )
Kedudukan
motivasi dalam teori pendidikan disebutkan bahwa motivasi berkaitan dengan
fungsi psikis, menyangkut kejiwaan manusia. Dalam kaitan ini ajaran Islam
menyatakan bahwa disamping unsur fisik manusia juga dilengkapi dengan unsur
psikis/jiwa yang menjadi penggerak tingkah raga seseorang dalam wujud motivasi
untuk mengerjakan perbuatan tertentu.30 Adapun firman Allah yang menjadi sumber
motivasi adalah QS. Al-Zalzalah ayat 7-8.
فمن يعمل
مثقال ذرة خيرا يره (7) فمن يعمل مثقال ذرة شرا يره (8).
“Barang siapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”. (7).
“Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula”. (8).
31
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan berhubungan dengan akal dan otak, dimana
keduanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mengenai makanan
(gizi). Dalam pendidikan Islam selain makanan yang bergizi/baik juga
mementingkan makanan yang halal,sebagaimana firman Allah QS An-Nahl: 114
فكلوا مما
رزقكم الله حللا طيبا ...
artinya : “Maka makanlah yang halal
lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu..”
oleh
karena itu meskipun bergizi/baik tetapi tidak halal maka tidak
diperbolehkan/diharamkan. Karena makanan dan minuman yang dimakan manusia
mempunyai pengaruh terhadap jasmani dan rohani untuk itu orang tua agar
melarang anak terlalu kenyang karena menimbulkan pengaruh yang kurang baik
dalam diri anak.
Masa
perkembangan anak baik jasmani, akal dan mental sangat membutuhkan gizi makanan
yang baik. Syari’at Islam menyarankan agar umatnya mengkonsumsi berbagai zat
makanan yang bergizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Menurut H.
Khairiyah Thaha MA dalam bukunya “Konsep Ibu Teladan” menyebutkan bahwa agar
pendidikan intelektual dapat mencapai hasil optimal ada sejumlah cara dan
metode yang bisa ditempuh antara lain :
1.Orang
tua hendaknya menumbuhkan kesadaran untuk mendengar dan mengingatkan hal-hal
yang positif pada diri anak, dengan cara menyampaikan seluk beluk ajaran Islam
secara bertahap.
2.Menyediakan
perpustakaan mini di kamar anak yang terdiri dari buku-buku tentang kisah para
nabi dan Rosul, para sahabat dan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi
masa depan anak sesuai dengan tuntutan usia, perkembangan serta kemampuannya.
3.Mencarikan
teman sepergaulan yang memiliki kecerdasan dan keunggulan ilmiah yang memadai
sehingga bisa mempengaruhi dalam berfikir dan berperilaku ilmiah.37
Demikianlah
beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik dan memelihara
anaknya yang berbakat yang diambil dari pendapat para ahli dan diperkuat dengan
al-quran dan hadist.
Berikut
ini akan penulis contohkan anak berbakat dari Islam :
Abbdullah
Ibnu Abbas ( seorang ahli tafsir dan ahli Fiqh.) Ia seorang yang cerdas pada masa
kecil, ini dilihat dari pikirannya yang lebih dewasa dari pada umurnya, dan
pengetahunnya lebih luas dari pada usianya, semua ayat al-quran yang telah Ia
dengar, Ia hafal di luar kepala dan semua hadist Rasulullah yang ia dengan, Ia
mengerti dan Ia pahami benar-benar. Abdullah sering juga bergaul dengan
orang-ornga tua untuk mendengarkan kisah-kisah tentang “peristiwa-peristiwa
Arab” dari mereka. Oleh karena itu pada usia delapan belas tahun Ia telah
menjadi seorang pemuda yang luas ilmu pengetahunnya sehingga orang-orang sering
datang ke rumahnya untuk bertanya tentang ta’wil ayat-ayat al-quran, hadist
rasulullah SAW atau masalah yang berhubungan dengan fiqh, bahasa dan
peristiwa-peristiwa Arab.38
Dari
contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat sudah ada sejak zaman
Rasulullah.