Makalah
Kedokteran – Makalah pendidikan kedokteran. Berikut ini
saya mempunyai makalah kedokteran yang berjudul “Peran Keperawatan
Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Menuju MDGs 2015” semoga
dengan adanya judul tersebut bisa membantu para mahasiswa dalam mengerjakan
tugas makalah sesuai dengan fakultasnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan era
millenium yang sudah di deklaraasikan,
dikenal dengan millennium development
goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan
bersama antara negara-negara berkembang dan negara maju. Negara-negara
berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia
di mana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring
MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan
bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs. Secara
nasional, komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan
nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
(RPJMN) 2004–2009. Lalu, dipertegas pada RPJMN 2010-2014 dan Inpres No 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Saat ini pemerintah serius member
perhatian terhadap pencapaian delapan tujuan millennium development goals
(MDGs). Setiap tujuan MDGs menetapkan satu atau lebih target, serta
masing-masing indikator akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya
hingga tahun 2015. Secara global, ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Namun,
implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan
kebutuhan
pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya.
Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara. Keseriusan itu
diimplementasikan dengan mengintegrasikannya dalam program-program daerah
sesuai acuan program pembangunan nasional. Delapan tujuan MDGs yang akan
dicapai, pada bidang kesehatan diantaranya pertama, menurunkan angka kematian
anak terhitng dari tahun 1990 sampai 2015. Pada 2007, angka kematian anak
sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs
menargetkan
pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Kedua, meningkatkan kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari 390
menjadi sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs
2015 adalah sekitar 110 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencegah terjadinya
kematian ibu, di antaranya adalah bersalinan yang aman bagi ibu yaitu
persalianan yang dibantu tenaga persalinan terlatih. Tahun 2007, proporsi
persalinan yang dibantu tenaga persalinan terlatih adalah 73 persen. Ketiga,
penanganan berbagai penyakit 5 menular berbahaya yaitu HIV, TBC,
malaria dan penyakit menular lainnya, prevalensi HIV-AIDS nasional saat ini
adalah 5,6 per 100.000 orang. Namun, tidak ada indikasi laju penyebaran
HIV-AIDS terhenti (Stalker, 2007). Derajat kesehatan masyarakat yang masih
belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika, hasil Riskesdas (2007), diketahui
bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) baru mencapai 38,7%. Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan
target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan (perilaku hidup bersih dan sehat)
PHBS pada tahun 2014 (Kementerian kesehatan RI, 2011).
Berbagai upaya
telah dilakukan oleh pemerintah, tapi belum sepenuhnya mencapai target MDGs
baik secara general maupun khusus di bidang kesehatan. Masih banyak masyarakat
yang belum tahu MDGs. Pemerintah melalui instansi terkaitnya dalam menjalanakan
pencapaian program MDGs, kurang memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang
bersinggunngan terhadap pencapaian MDGs, seperti: praktik keperawatan komunitas
yang dilakukan oleh instansi-instansi pendidikan keperawatan. Padahal perawat
komunitas dalam memberikan asuhan kepada masyarakat, yaitu mengajarkan
bagaimana upaya-upaya peningkatan kesehatan kepada masyarakat. Besar peran
perawat
komunitas perlu diapresiasi oleh pemerintah melalui dinas terkaitnya untuk di
jadikan mitra dalam pencapaian MDGs, atau dapat diarahkan kepada pencapaian
MDGs supaya apa yang akan dan telah dilakkukan dapat lebih focus kepada
pencapaian target MDGs. Utamanya menjadikan masyarakat yang mandiri dan dapat
menolong dirinya sendiri. Masyarakat sebagai warga Negara yang baik, sudah
seharusnya turut mensukseskan apa yang menjadi tujuan pemerintah.
Tujuan
1.Tujuan umum.
Mengetahui
peran perawat komunitas dan pencapaian MDGs tahun 2015.
2. Tujuan
khusus.
a. Mengetahui
tujuan pembangunan millennium atau yang dikenal dengan MDGs
yang
ditargetkan pencapaiannya pada tahun 2015.
b. Mengetahui
determinan perilaku dan perubahan perilaku.
c. Mengetahui
konsep keperawatan komunitas.
d. Mengetahui
kontribusi peran perawat dalam pencapaian MDgs tahun 2015.
e. Mampu
memberikan saran bagi semua pihak demi pencapaian MDGs 2015
PEMBAHASAN
Millenium
Development Goals (MDGs)
Millennium
Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs, adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan
dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New
York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs
adalah resolusi majelis umum PBB Nomor 55/2 Tanggal 18 September 2000,
(A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). Deklarasinya sendiri
berisi komitmen untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan, sebagai satu paket
tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Targetnya
adalah tercapai
kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Pemerintah Indonesia turut
menghadiri
Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan juga turut menandatangani
Deklarasi Milenium. Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama
bangsa Indonesia. Delapan tujuan umum MDGs secara general mencakup pengentasan
kemiskinan, pendidikan, kesetaraan gender, kesehatan, kelestarian lingkungan
dan permasalahan global.
Adapun secara
rinci target MDGs memuat 8 tujuan yang meliputi;
1)
penanggulangan kemiskinan dan kelaparan,
2) mencapai
pendidikan dasar untuk semua,
3) kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan,
4) mengurangi
angka kematian bayi,
5) meningkatkan
kesehatan ibu,
6) melawan
HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,
7) memastikan
kelestarian lingkungan hidup, dan
8) kemitraan
untuk pembangunan.
Memasuki tahun
ke sepuluh, pencapaian MDGs dirasa belum optimal, maka pemerintah melakukan
percepatan pencapaian, oleh karena itu percepatan pencapaian target MDGs
merupakan amanah dari Inpres No 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pembangunan Nasional 2010, dan Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan Berkeadilan. Pada tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota),
dituangkan dalam RAD percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium. Kemudian
delapan sasaran umum itu, dikembangkan melalui program Ditjen Bina Kesmas,
Kementrian Kesehatan RI, dengan lima tambahan sasaran utama
MDGs, yakni :
1.
Meningkatkaan cakupan antenatal,
3. Meningkatkan
cakupan neonatal,
4. Meningkatkan
prevalensi kurang gizi pada balita,
5. Meningkatkan
tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.
Delapan tujuan
tersebut pada dasarnya berkaitan satu sama lain, dan MDGs bukan sekedar soal
angka-angka dan pencapaian target, namun untuk lebih mendorong tindakan nyata.
Salah satu manfaat dari MDGs adalah berbagai persoalan yang diusung menjadi
perhatian berbagai pihak termasuk masyarakat secara luas, seharusnya (Stalker,
2007).
Keperawatan
Komunitas.
Konsep
keperawatan.
Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada masyarakat,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Sedangkan
proses keperawatan adalah metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan
mengatasi masalah tersebut (CV Allen, 1991).
Proses keperawatan
komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis,
dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui
langkah-langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Tujuan dari asuhan keperawatan, memberi bantuan yang paripurna dan efektif
kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional, menjamin
semua bantuan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien, melibatkan klien dalam perencanaan
dan pelaksanaan asuhan keperawatan, memelihara hubungan kerja yang efektif
dengan semua anggota tim kesehatan dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Ciri-ciri keperawatan komunitas, yaitu perpaduan antara pelayanan
keperawatan dengan kesehatan komunitas, Adanya
kesinambungan
pelayanan kesehatan (continuity of care), Focus pelayanan pada upaya promotif
dan preventif. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi
kemandirian. Landasan kebijakan: PP No.32 th 1996, tentang tenaga kesehatan, yang
berbunyi: seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan
kesehatan yang 8 diakui pemerintah. UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, pasal 32 ayat (2) bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Ayat (3) berbunyi pengobatan dan
atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan
atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan tidak lepas dari menjalankan peran dan fungsinya sebagai
perawat. peran perawat sendiri meliputi: peran sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, peran pendidik, peran pengamat kesehatan, koordinator pelayanan
kesehatan, peran pembaharu, peran pengorganisir pelayanan kesehatan, peran role
model, dan peran fasilitator. Peran pelaksana yaitu perawat memberikan
pelayanan kesehatan kepad individu, keluarga, kelompok / masyarakat berupa
asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi
pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang ketiga, baik
direct/indirect. Peran educator, perawat memberikan pembelajaran merupakan
dasar dari semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan, perawat mengajarkan
tindakan penkes, pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan menyusun
program health education, memberikan info yang tepat tentang kesehatan. Sebagai
pengamat kesehatan perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi dan pengumpulan
data. Role model, perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan,
panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama PHBS,
dan menampilkan
profesionalisme dalam bekerja. Peran koordinator pelayanan kesehatan, perawat
mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim
kesehatan lain sehingga pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang
menyeluruh. Peran Koordinator, perawat melakukan koordinasi terhadap semua
pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan
keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
dengan institusi pelayanan kesehatan lain, dalam menjalankan supervisi terhadap
asuhan keperawatan yang dilaksanakan anggota tim. Peran pembaharu, perawat
berperan sebagai inovator terhadap inidividu, keluarga dan masyarakat dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang berkaitan dengan 9 peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan. Peran pengorganisir pelayanan kes, perawat
memberikan motivasi untuk mengikutsertakan individu, keluarga dan
kelompok dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksnakan di masyarakat, posyandu, dan
dana sehat. Peran fasilitator, perawat merupakan tempat bertanya bagi
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Keperawatan
komunitas.
Peran perawat
komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan
komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention).
Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan
asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi
pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program
sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik
aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu
didinkes dan puskesmas. Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada
masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana perawat komunitas
mengajarkan kepada
masyarakat
bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat
sehat,
dan bagi yang
sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya. Juga
menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak mau
menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu. Smith, et.all (1995)
menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat adalah:
1.
Menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau
orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya,
2.
Mempertahankan lingkungan yang sehat
3.
Mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan
4.
Pencegahan, penyakit dan injuri
5.
Identifikasi standar kehidupan yang tidak
adekuat atau mengancam penyakit/injuri
6.
Melakukan rujukan
7.
Mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau
penyalahgunaan (neglect & abuse)
8.
Memberikan pembelaan untuk mendapatkan
kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart
9.
Kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan
kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat
10.
Melaksanakan pelayanan mandiri serta
berpartisipasi dalam 10 mengembangkan pelayanan professional
11.
Menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas
12.
Melaksanakan riset keperawatan
Perawat
komunitas melakukan asuhan keperawatannya mulai dari aplikasi asuhan, dan
proses kegaiatan (Jaji, 2011), secara rinci diuraikan di bawah ini.
Aplikasi asuhan
Perawat
komunitas dalam pengaplikasi asuhan keperawatan di mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Adapun proses asuhan melalui tahapan pengkajian kesehatan komunitas.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas, mengidentifikasi faktor positif dan negative yang berbenturan dengan
masalah kesehatan dari masyarakat, hingga sumber daya yang dimiliki komunitas, dengan
tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Pada tahap pengkajian didahului
dengan sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja
yang akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas. Sasaran dari sosialisasi
adalah tokoh masyarakat baik formal
maupun non
formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen dimasyarakat
(PKK, karang
taruna, dan lainnya). Kumpulan data sekunder dan wawancara dengan
orang penting di
komunitas yang dipilih merupakan metode yang dapat membantu dalam menentukan
kebutuhan atau masalah kesehatan yang mungkin mempunyai risiko tinggi pada
komunitas. Pengkajian di lakukan kepada objek kumpulan individu/keluarga di
komunitas
merupakan
“Core“ dari asuhan keperawatan komunitas. Demografi, populasi, nilai-nilai, keyakinan
dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatannya, serta dipengaruhi pula oleh
delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan, pendidikan , keselamatan
dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan pelayanan
sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Metode yang digunakan dalam pengkajian
meliputi: wawancara, interviu, forum komunitas (forkom), focus group discussion
(FGD), dan kuisioner (Anderson,2006). Setelah data pengkajian terkumpul,maka
data dikembangkan dan merumuskan diagnose keperawatan komunitas. Rumusan diagnose
kesehatan komunitas berdasarkan diagnose komunitas (problem, karakteristik
komunitas, etiologi, manifestasi). Diagnosa yang ada disusun urutannya sesuai
dengan prioritas. Kriteria urutan termasuk: kemungkinan dilaksanakan, hubungan
dengan biaya, sumber-11sumber, minat dari komunitas, tingkat
ancaman bahaya pada kesehatan, risiko atau
kemungkinan
berisiko apa yang dapat dikurangi. Setelah didapatkan urutan diagnosa masalah
kesehatan komunitas, maka perawat membuat perencanaanatau planning of action
(POA), dan proses implementasi. Pada tahap ini perawat mengidentifikasi
“recipient community” (komunity yang menerima) dan “target comunity” (komunitas
yang menjadi target) dari intervensi. Perencanaannya meliputi menentukan tujuan
umum (goal) dan tujuan khusus (objektive),
pendekatan
teoritis untuk berubah yang dipakai bersama target komunitas, misalnya social
planning,
social action, locality development. Proses implementasi yang telah
dilaksanakan dilakkan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat hasil
kelompok kerja kesehatan komunitas dengan mengukur pencapaian tujuan sesuai kriteria,
dimana kriteria evaluasi dapat mengevaluasi dampak program lebih efektif, hasil
lain yang diobservasi secara langsung terhubungan dengan intervensi, kelompok
akan merumuskan kembali urutan prioritas dari diagnosa komunitas, dan perawat
komunitas membuat rekomendasi apa yang kelompok sarankan untuk berkelanjutan
dari program ini.
Proses kegiatan
Mahasiswa dalam
praktik komunitas dimasyarakat di bagi kedalam kelompok-kelompok kecil ideal,
dan ditempatkan di wilayah RW secara berkelompok. Minggu pertama melakukan
orientasi wilayah praktik dengan melakkan identifikasi melalui struktur yang
ada dimasyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lingkungan. Selanjutnya
mahasiswa melakukan persiapan pertemuan dengan masyarakat untuk
mengidentifikasi msalah dan melakukan pengorganisasian masyarakat. Selanjtnya
diikuti dengan penyususnan instrument. Minggu kedua mahasiswa melakkan
orientasi program puskesmas di pelayanan kesehatan setempat. Program tersebut
merupakan program prioritas dan dilanjutkan dengan presentasi mengenai hasil
telaah program
tersebut. Setelah
instrument siap, maka mahasiswa bersama masyarakat menyusun rencana
berdasarkan
data yang diperoleh dan diakhiri dengan penysusnan POA (planning of action)
awal. Minggu selanjutnya mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai dengan
POA terkait dengan kebutuhan dan masalah yang ditemukan. Adapun untuk kegiatan
usaha kesehatan sekolah, posyandu dan kesehatan industry dapat dilakukan 12 secara mandiri tanpa perlu menunggu data pengkajian masyarakat,
cukup dengan data dari sekolah, posyandu dan kesehatan kerja di kelompok
tersebut. Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka dilakukan lokmin
(lokakaryamini), tujuannya adalah masyarakat mengetahui permasalahan kesehatan
yang ada
diwilayahnya,
dan bersama-sama mencarikan solusi dan alternative pemecahan masalahnya
(dilakukan implementasi). Seluruh implementasi yang dilaksanakan dilakukan
evaluasi dan menyususn rencana tindak lanjut kegiatan yang disepakati.
Perilaku
masyarakat yang kurang sehat.
Permasalahan
kesehatan yang ada di masyarakat secara umum telah terjadi penurunanan angka
kesakitan, akan tetapi beberapa penyakit menular terutama HIV dan AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar. Sedangkan beberapa penyakit menular lain seperti Filariasis,
Kusta, dan Frambusia menunjukkan kecenderungan meningkat kembali dan penyakit
Pes masih terdapat di sejumlah daerah. Sementara itu, prevalensi penyakit tidak
menular seperti Penyakit Kardiovaskular, Hipertensi, Diabetes mellitus dan
Obesitas cenderung meningkat serta menunjukkan potensi yang semakin besar
sebagai penyebab kematian . Bahkan cakupan Universal Child Imunization (UCI)
yang belum tercapai akan dapat berdampak pada rawannya bayi terhadap serangan
berbagai penyakit
yang sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi (Riskesdas, 2007). Derajat kesehatan masyarakat
yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan ilmuwan umumnya
berpendapat bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat tersebut,
selain kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Sesuai hasil Riskesdas
(2007), diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah
tangga sudah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah Tangga
Ber-PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari
Kementerian Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Meningkatkan
cakupan rumah tangga yang mempraktekkan PHBS sebesar lebih dari 30% dalam kurun
waktu 2010-2014 merupakan upaya yang sangat berat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Perilaku rumah tangga sangat dipengaruhi oleh proses yang 13 terjadi
di tatanan-tatanan sosial lain, yaitu tatanan instansi pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Sudah
seharusnya dibuktikan dengan aksi nyata menggandeng atau bermitra dengan swasta
sesuai dengan tujuan khusus dari pedoman PHBS (termasuk institusi pendidikan
dan organisasi profesi). Seyogyanya pula tidak bosan-bosan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat luas,sehingga permasalahan yang ada di usung dan di
perhatikan oleh semua pihak. Indicator PHBS sendiri meliputi:
1.
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2.
memberi ASI ekslusif.
3.
Menimbang bayi dan balita.
4.
menggunakan air bersih.
5.
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6.
menggunakan jamban sehat.
7.
memberantas jentik di rumah.
8.
makan buah dan sayur setiap hari.
9.
melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10.
tidak merokok didalam rumah.
Upaya penerapan
10 (sepuluh) indikator PHBS di tingkat rumah tangga, tentu sangat tergantung
lagi dengan kesadaran dan peran serta aktif masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya masing-masing. Sebab upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan
menunjang pola perilaku kehidupan rakyat yang sehat secara berkelanjutan.
Alternative
solusi.
Perilaku
masyarakat yang kurang sehat dapat di tingkatkan dengan, pemberian informasi
yang berkelanjutan, perubahan perilaku, dan peraturan perundang-undangan.
Gambaran bagaimana perilaku dapat berubah, dari perilaku kurang sehat menjadi
perilaku sehat (Notoatmodjo, 2011)
, diuraikan
dibawah ini:
Determinan
prilaku
Banyak teori
yang mencoba untuk mengungkap determinan perilaku dengan menganalisis
factor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, antara lain teori Green (1980), Snehandu B. Kar (1983), dan
WHO (1984). Pada kesempatan ini akan dibahas teori menurt Snehandu B. Kar
(1983), Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu fungsi dari:
a.
niat seseorang untuk bertindak sehubungan
dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention)
b.
dukungan social dari masyarakat sekitarnya
(social support)
c.
ada atau tidak adanya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information)
d. otonomi pribadi yang ersangkutan dalam hal ini
mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
e. situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau
tidak bertindak (action situation).
niat orang
terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat
sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari
individu untuk mengambil keputusan/ bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia
berperilaku atau bertindak atau tidak berperilaku atau tidaka bertindak.
Strategi
perubahan prilaku
Program-program
kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan,
sangat diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif, beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku WHO, mengelompokkannya menjadi tiga: pertama,
menggunakan kekuatan atau kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini perubahan
perilaku dipaksanakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan
(berprilaku) seperti yang diaharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan
adanya peratran-peratran atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh
anggota masyarakat.cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi
perubahan tersebut belum tentu akan erlangsung lama karena perubahan perilaku
yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. Kedua, pemberian
informasi. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya
dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkankesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu
lama,tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh
kesdaran mereka (bukan karena paksaan). Ketiga diskusi partisipasi, sebagai
peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan
tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat
tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi
melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang
diterimanya.dengan
demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperolah
secara mantap dan lebih mendalam, bahkan merupakan referensi perilaku orang
lain. Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara
yang kedua, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama. Diskusi partisipasi
adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi
dan pesan-pesan kesehatan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan.
Peran perawat
komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan
komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention).
Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan
asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi
pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program
sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik
aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu
didinkes dan puskesmas.
Derajat
kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi
oleh kondisi
lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan utama dari derajat kesehatan
masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat.
Peran perawat komunitas dalam pencapaian MDGs, baik secara langsung maupun
tidak langsung sangat berperan yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.
Saran.
Setelah
mempelajari peran perawat komunitas dan pencapaian MDGs, maka dapat di usulkan:
1.
Program MDGs disosialisasikan kepada
pihak-pihak yang berkontribusi dalam pencapaiaannya seperti institusi
pendidikan kesehatan, juga di informasikan kepada masyarakat luas.
2.
Semua praktik keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat komunitas selama masa pendidikan, di fasilitasi, di koordinir supaya
apa yang telah dikerjakan dapat difokuskan dalam mencapai capaian MDGs.
3.
Perawat komunitas yang ada di puskesmas dipolakan
sama seperti mereka melaksanakan asuhan keperawatan pada masa berada di bangku
kuliahan, karena untuk saat ini perawat kesannya lebih banyak didalam gedung
mengerjakan administrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Elizabeth T & Judith Mc Farlan. Community as partner: theory and practice
in nursing. ISBN
979-448-742-2Alramadona.
Pemerintah
Serius Capai Delapan Tujuan MDGs, Sumber: Padang Ekspress Mar. 30, 2012.
Depkes RI. Buku
Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan: Jakarta, 2007.
Jaji &
Nurharlina. Buku panduan praktik profesi keperawatan komunitas, PSIK-FK Unsri
tahun 2011.
Gustini M.
Jenjang karier, artikel 2009. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pembinaan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), -- Jakarta: 2011.
Kuliah Umum:
Peran Bidan dan Perawat dalam Mensukseskan Program Pencapaian
Millenium
Development Goals 2015 dan Program Bali Ndeso Mbangun Deso; www.poltekkes-smg.ac.id,
diakses 30-05-2012.
Notoatmodjo,soekijo.
Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku, teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka cipta.
2011.
Pedoman
Penyusunan Rencana Aksi Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Di Daerah (RAD MDGs).
Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/BPPN TAHUN 2010. Stalker, Peter. ”
Kita Suarakan
Millennium Development Goals (MDGs) Demi Pencapaian nya di Indonesia”. 2007.
Stanhope,
marcia, ruth N. Knollmueller. Handbook of community-based and home health
nursing practice, tools for assessment, intervention, and education, 3 th Ed.
Mosby Inc. 2000
http://ipkki.org.diakses 29-05-2012.
http://ipkkidiy.wordpress.com,
diakses 29-05-2012.